BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Pertanian modern telah
menempatkan penekanan lebih besar pada pengembangan sistem Pertanian
berkelanjutan. Hal ini telah menyebabkan minat yang lebih besar dalam praktek
manajemen pertanian yang mempromosikan aspek-aspek biologis dari kesuburan
tanah. Untuk membantu petani dalam hal ini, banyak pendekatan untuk tanah
biologi pengujian telah dikembangkan, yang dapat diklasifikasikan ke dalam tes
untuk populasi analisis, aktivitas biologis, dan indikator tidak langsung.
Di Indonesia, kerusakan
tanaman karena nematoda parasit, kurang disadari baik oleh petani maupun para
petugas pertanian yang bekerja di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh
gejala serangan nematoda yang sulit diamati secara visual karena ukuran
nematoda yang sangat kecil. Di samping itu, peminat terhadap nematologi (ilmu
yang mempelajari nematoda) sangat terbatas. Di sisi lain, gejala serangan
nematoda berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan
gejala kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang. Nematoda
parasit tanaman dapat berperan langsung sebagai patogen penyebab penyakit,
sebagai organisme yang membuat tanaman lebih mudah terserang (predispose) oleh
patogen lainnya seperti cendawan, bakteri atau virus.
Tanah merupakan suatu
ekosistem yang mengandung berbagai jenis mikroba dengan morfologi dan sifat
fisiologi yang berbeda-beda. Jumlah tiap kelompok mikroba sangat bervariasi,
ada yang hanya terdiri atas beberapa individu, ada pula yang jumlahnya mencapai
jutaan per g tanah. Banyaknya mikroba berpengaruh terhadap sifat kimia dan
fisik tanah serta pertumbuhan tanaman. Dengan mengetahui jumlah dan aktivitas
mikroba di dalam suatu tanah dapat diketahui apakah tanah tersebut termasuk
subur atau tidak karena populasi mikroba yang tinggi menunjukkan adanya suplai
makanan/energi yang cukup, suhu yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan
kondisi ekologi tanah yang mendukung perkembangan mikroba.
Berdasarkan fenomena
bahwa banyaknya tanaman budidaya khususnya tanaman Tomat yang terserang
nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum Teknik Media Tanam bagian Hama
Penyakit Tanaman. Diharapkan dengan praktikum ini praktikan dapat mengetahui
morfologi nematoda melalui pembuatan preparat awetan nematoda, mengetahui
gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian
dilapangan praktikan sudah mengetahui gejala tanaman yang terserang nematoda.
1.2.Tujuan
Untuk
mengetahui gejala yang ditimbulkan pada tanaman indikator akibat gangguan
nematoda dan mikroorganisme patogen dalam tanah.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, serangan
nematoda menyebabkan kerusakan pada akar, karena nematoda mengisap sel-sel
akar, sehingga pembuluh jaringan terganggu, akibatnya translokasi air dan hara
terhambat. Serangan nematoda juga dapat mempengaruhi proses fotosintesa dan
transpirasi, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun menguning
seperti gejala kekurangan hara dan mudah layu. Karena pertumbuhan terhambat
produktivitas tanaman menjadi menurun. (Ika mustika, 2005)
Berdasarkan hasil
penelitian dan informasi yang ada, menunjukkan bahwa serangan nematoda parasit
tanaman di Indonesia cenderung meningkat yang dapat mengarah kepada tingkat
kerusakan yang lebih berat Oleh karena
itu, perhatian terhadap nematoda perlu lebih ditingkatkan, agar masalah
nematoda yang mungkin timbul dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga
kerugian karena nematoda dapat ditekan menjadi serendah mungkin (Mustika,
2003).Dalam upaya pengelolaan nematoda tersebut untuk mencapai berhasilnya
suatu usaha pertanian di Indonesia perlu terlebih dahulu dikenal nematoda
tersebut termasuk gejala serangan dan cara pengendaliannya. (Sunarto, 2009)
Banyak
cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian nematoda bengkak akar ini seperti
penggunaan tanaman perangkap, pergiliran tanaman, pemberoan lahan, pengendalian
secara hayati, kimia, fisik, penggenangan lahan dan lain-lain sebagainya.
Penggenangan lahan (flooding) sebelum tanam merupakan tindakan yang efektif
untuk menekan populasi nematoda dalam tanah,sehingga aktifitas dari nematoda
didalam tanah memurun. Penggenangan yang cukup lama dapat menyebabkan nematoda
kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan kematian, walaupun beberapa
spesies masih dapat bertahan dalam genangan yang cukup lama nematoda tidak akan
mampu unruk berkembang (Sucipto,
2009).
Suatu Patogen atau jasad renik (mikroba) mengambil bagian
pada suatu penyakit tumbuhan, maka pada umumnya dikatakan patogen atau penyebab
penyakitnya. Padahal
hal tersebut juga dipengaruhi keadaan luar yang telah lebih
dulu mengadakan predisposisi, atau
melemahkan tumbuhan sehingga tumbuhan dapat rusak, jadi mikroba itu
bukan satu-satunya penyebab penyakit. Penyakit tumbuhan merupakan serangkain dari masalah bididaya tanaman (Rachman Sutanto, 2005).
Populasi berbagai jenis mikroorganisme di dalam tanah, baik
yang bermanfaat atau merugikan bagi pertanian. Contohnya komunitas bakteri,
fungi, alge, dan protozoa diketahui berfungsi dalam aerasi tanah, meningkatkan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman, mempertahankan struktur tanah, memurnikan
air dari kontaminasi, dan mendaur ulang unsur-unsur hara dan bahan organik yang
bermanfaat bagi tanaman. Namun demikian banyak juga mikroorganisme tanah yang
merugikan bagi pertanian, sehingga keberadaannya disebut sebagai patogen tular
tanah. Patogen tular tanah (soil-borne pathogens) merupakan kelompok
mikroorganisme yang sebagian besar siklus hidupnya berada di dalam tanah dan
memiliki kemampuan untuk menginfeksi perakaran atau pangkal batang, sehingga dapat
menyebabkan infeksi dan kematian bagi tanaman. Ciri-ciri utama dari patogen
tular tanah adalah mempunyai stadia pemencaran dan masa bertahan yang terbatas
di dalam tanah, walaupun beberapa patogen tular tanah ini dapat menghasilkan
spora udara sehingga dapat memencar ke areal yang lebih luas.( Indrawati Gandjar,
2005).
Tanaman tomat dapat mati jika terserang beberapa jenis mikroorganisme
yang berperan sebagai pathogen di dalam tanah, seperti nematode bengkak akat
yang disebabkan bakteri Meloidogyne incognita)
yang mempunyai gejala serangan akar tomat membengkak memanjang dan bulat. Tomat
yang terserang hama ini akan mengalami kesulitan mengambil air dari tanah
karena akar tanaman tidak dapat menyerap air yang mengandung unsur hara secara
sempurna. Akibatnya terjadi klorosis yakni warna daun tidak normal, pertumbuhan
terhambat, layu, buah kecil serta sdikit, dan cepat menjadi tua. Selanjutnya
adalah hama bercak daun septoria yang disebabkan oleh cendawan Septoria lycopersici. Gejala serangannya
adalah perusak daun dan menyerang tomat yang masih muda ataupun tua. Pada
tanaman tomat yang terserang cendawan ini, kelihatan bercak bulat kecil berair
pada kedua permukaan daun di bagian bawah. Serangan yang hebat menyebabkan daun
tomat menggulung, mongering, dan rontok. Selanjutnya adalah cendawan Colletotrichum coccodes, gejala serangn
pada cortex tanaman tomat yang terserang timbul sklerotia kecil berwarna hitam
pada akar dan batang sehingga disebut bercak hitam atau titik hitam.
Selanjutnya penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacerum, Phytomonas
solanacearum, bacterium solanacearum. Patogen ini menyerang jaringan
pengangkut air ehingga mengganggu transportasi air pada tanaman inang.
Akibatnya tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil.(Surtinah,
2007)
BAB
3. METODOLOGI
3.2
Waktu dan Tempat
Praktikum
Teknik Media Tanam dengan acara “Uji Biologi Nematoda” dilaksanakan pada hari
Sabtu, 5 Mei 2013 pada pukul 07.00 sampai dengan selesai bertempat di
Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Tanaman tomat
2. Media tanam yang teridentifikasi
adanya nematoda
3.2.2
Alat
1. Autoklaf
2. Jarum ose
3. Erlenmeyer
4. Bak pembibitan
5. Timba plastik
6. Mikroskop
3.3
Cara Kerja
1. Memasukkan beberapa maam media tanam yan g telah
tersedia ke dalam timba plastik masing-masing sesuai dengan perlakuan dan
jumlah mahasiswa (kelompok mahasiswa).
2. Menanami masing-masing timba plastik yang berisi
media tanam dengan tanaman indikator (bibit tomat, jagung, benih tembakau, atau
biji kacang gijau) mendengarkan petunjuk asisten juga.
3. Memelihara dengan baik tanaman indikator agar
tidak mati dan setiap hari dilakukan pengamatan dan dihitung jumlah tanaman
yang menunjukkan gejala dan deskripsikan gejala untuk menentukan penyebabnya
(apakah nematoda, jamur , atau bakteri).
4. Menumbuhkan tanaman hingga 28 hari setelah tanam.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan
4.2.
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengujian biologi nematoda dan patogen
yang ada di dalam tanah dari berbagai komposisi, yaitu untuk kelompok 1 Tanah
kedelai, untuk kelompok 2 Tanah kedelai+kompos, untuk kelompok 3 Tanah
kedelai+pupuk kandang, dan untuk kelompok 4 Tanah kedelai +pupuk
kandang+cocopeat. Untuk melaksanakan praktikum ini,
digunakan tanaman indicator yaitu tanaman tomat. Tanaman ini dipilih karena nematoda lebih banyak ditemukan
menyerang tanaman ini. Selain itu gejala serangan nematoda yang timbul dari
tanaman ini dapat diamati dengan mudah. Indikator yang digunakan dalam
praktikum ini meliputi kondisi batang, bentuk batang, kondisi daun, warna daun
dan tinggi tanaman tomat. Pengamatan dilakukan selama 21 hari atau sampai
minggu ke-3 setelah tanam. Didalam pot-pot kecil yang sebelumnya telah tersisi
oleh berbagai media tanam, bibit tanaman tomat ditanam dengan perbandingan
setiap satu pot ditanami 1 tanaman dan setiap kelompok melakukan 3 kali
ulanngan atau 3 pot kecil. Maka setelah pengamatan selesai dapat diperoleh
beberapa data tentang kondisi tanaman dalam media yang diduga terdapat
nematoda.
Berdasarkan pada data yang telah
didapat, Pertumbuhan tanaman pada
minggu pertama cukup baik, tanaman dapat tumbuh normal dan belum terlihat adanya
gejala serangan nematode, begitu pula pada minggu kedua. Tanaman ini selain
diamati, juga dirawat dengan melakukan penyiraman serta pencabutan gulma-gulma
yang sedang bertumbuh pada media dimana penyiraman dilakukan karena aktivitas
hidupnya nematode lebih tinggi pada tanah yang lembab dan basah daripada tanah
kering dan pencabutan gulma dilakukan untuk menghindari gangguan-gangguan serta
penyakit ditimbul oleh gulma tersebut. Pada awal masa tanam dapat dilihat dari
tinggi tanaman yang tiap hari selalu meningkat, namun pada daun tanaman tomat
tomat yang telah ditanam ketika diamati pada hari-hari berikutnya yaitu pada
minggu ketiga terlihat adanya gejala serangan nematoda pada masing-masing
tanaman dimana pada kelompok 1,2,3 gejala tersebut ditandai oleh daun menguning
serta nekrosis,timbul bercak serta kelayuan tanaman. Sedangkan pada kelompok 4
gejala yang muncul pada minggu ke 3 hanya nekrosis. Hal ini mungkin disebabkan
oleh percampuran media tanam yang digunakan, yaitu Tanah kedelai +pupuk
kandang+cocopeat. Cocopeat ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman karena
mampu
mengikat dan menyimpan air dengan baik. Pupuk kandang yang sudah matang mampu
mencegah munculnya bakteri atau candawan yang dapat merusak tanaman.
Selama
pengamatan, terjadinya penyakit hanya terlihat pada minggu ke 3 yang ditandai
oleh beberapa gejala. Penyakit tersebut disebabkan oleh 2 macam pathogen
diantara lain Jamur Fusarium oxysporum sp.
dan Nematoda Meilodogyne spp. Nematoda
puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan salah satu hama yangdapat menjadi faktor
pembatas dalam budidaya tanaman. Nematoda puru akar merupakan nematoda
endoparasit menetap (sedentary endoparasi) yangmenyerang akar dan membentuk
puru akar. Di daerah tropis dapat merusak
pertanaman sepanjang tahun, dan kerugian yang di-sebabkan oleh
nematodaendoparasit sekitar 10 persen, 4 persen diantaranya disebabkan oleh
Meloidogyne spp. Tanaman yang terserang Meloidogyne sp. biasanya menjadi kurus,
kerdil, hasil rendah dan memiliki kualitas rendah.Gejala yang karakteristik akibat
serangan nematoda puru akar ialah terbentuknya puru atau bintil-bintil pada
akar sebagai reaksi terhadap invasi dan dimakannya sel jaringan tanaman oleh
nematoda parasitik tersebut. Puru berkisar dari puru yang kecil dan
terpisah-pisah sampai akar yang mengalami distorsi yang hebat serta hambatan
pertumbuhan akar.
Jamur
Fusarium sp. merupakan patogen tular tanah atau “soil-borne pathogen”
yang termasuk parasit lemah. Jamur ini menular melalui tanah atau rimpang yang
berasal dari tanaman jahe sakit, dan menginfeksi tanaman melalui luka pada
rimpang. Luka tersebut dapat terjadi karena pengangkutan benih, penyiangan,
pembumbunan, atau karena serangga dan nematode. Awal terbentuknya penyakit
tanaman ini adalah perubahan warna daun yang paling tua menjadi kekuningan
(daun yang dekat dengan tanah). Seringkali perubahan warna menjadi kekuningan
terjadi pada satu sisi tanaman atau pada daun yang sejajar dengan petiole
tanaman. Daun yang terinfeksi akan layu dan mongering, tetapi tetap menempel
pada tanaman. Kelayuan akan
berlanjut ke bagian daun yang lebih muda dan tanaman akan segera mati. Batang
tanama tomat akan tetap keras dan hijau pada bagian luar, tetapi pada jaringan
vaskular tanaman, terjadi diskolorisasi, berupa luka sempit berwarna cokelat
Di
dalam kegiatan menanam suatu tanaman hal yang paling sering diperhatikan adalah
media tanam. Media tanam disebut sebagai komponen utama ketika akan bercocok
tanam. Data praktikum yang telah telah dilakukan, media yang digunakan adalah:
tanah, kompos, cocopeat dan pupuk kandang. Media tanam yang mengandung
bahan-bahan tersebut tentu saja kesuburannya. Namun media yang subur juga
mengandung banyak mikroorganisme tanah seperti yang telah diuraikan di atas
karena sebagian besar mikroorganisme tanah membutuhkan unsur hara serta tempat
yang lembab untuk melaksanakan aktivitas hidupnya. Maka dari itu Semakin
suburnya media tanam yang digunakan semakin banyak banyak juga mikroorganisme
yang terkandung di dalam media tersebut.
Dari data yang telah dicatat selama
pengamatan, setelah dirata-ratakan dapat diketahui bahwa dari berbagai
perlakuan, terdapat hasil yang terbaik pada kelompok 2 yaitu pada media Tanah
kedelai+kompos dengan tinggi tanaman 47cm
serta daun sejumlah 62. Hal ini dikarenakan oleh sifat fisik tanah,
kimia serta biologisnya dan juga peranan dari kompos. Dilihat dari sifat
biologisnya, media ini tidak mengandung puru satupun sehingga pertumbuhan
tanaman tidak begitu terganggu. Kompos berfungsi untuk mengembalikan kesuburan
tanah melalui perbaikan sifat-sifat fisik tanah, baik fisik, kimiawa maupun
biologis. Di sisi lain,terdapat juga hasil yang paling buruk pada kelompok 4
yang menggunakan percampuran media Tanah kedelai + pupuk kandang + cocopeat. Hal
ini mungkin disebabkan berbagai media yang tercampur pada media ini. Penggunaan
pupuk kandang harus diperhatikan karena pupuk kandang yang
belum matang akan menyebabkan munculnya bakteri atau candawan yang dapat
merusak tanaman. Selain itu, cocopeat juga mempunyai kekurangan yaitu mudah
lapuk serta mempunyai daya menyimpan air sangat baik sehingga perlu diatur
penyiramannya sehingga tempat ini sangat disukai oleh mikroorganisme tanah baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan karena lembab. Pada media ini,
terdapat juga sejumlah puru.
BAB
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:
·
Masing-masing media yang digunakan
mengandung pathogen, sehingga tanaman yang telah ditanami pada media tersebut
mengalami penyakit yang ditandai dengan berbagai gejala seperti daun menguning,
tanaman layu
·
Media
tanam yang baik adalah media tanam yang bebas dari hama dan patogen.
·
Keberadaan
patogen sangat berpengaruh terhadap kelangusngan hidup tanaman.
·
Setiap
jenis pathogen memiliki gejala dan penanganan yang berbeda. Sehingga diperlukan
uji biologi untuk mengenali dan melakukan penanganan yang sesuai.
5.1. Saran
·
Praktikan
seharusnya benar-benar fokus selama pengamatan agar mudah memahami apakah
jamur, nematoda atau yang lainnya yang menyerang tanaman dan menyebabkan
tanaman menjadi sakit.
·
Saran
sangat saya butuhkan untuk memperbaiki pembuatan laoran ke depannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ika
mustika. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman
Perkebunan di Indonesia. Bogor. Jurnal
Perspektif Volume 4 Nomor 1, Hal 20-32
Indrawati Gandjar. 2005. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Rachman Sutanto.
2005. Dasar-dasar ilmu tanah, konsep dan
kenyataan. Jakarta. Kanisius
Sucipto,
2009. Nematoda entomopatogen heterorhabditis isolat lokal madura sebagai Pengendalian
hayati hama penting tanaman hortikultura yang ramah pada lingkungan. Madura.
Agrovigor
volume 2 no. 1. Hal 47-53
Surtinah.
2007. Kajian tentang hubungan pertumbuhan vegetatif dengan produksi tanaman
tomat (lycopersicum esculentum, mill ). Rumbai. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 4 No. 1. Hal 1-9
Toto
Sunarto, Luciana Djaja, Rika Meliansyah. 2009. Pengendalian biologi nematoda meloidogyne spp. Dengan jamur
paecilomyces fumosoroseus dan bakteri pasteuria penetrans serta pengaruhnya terhadap tanaman buncis
(phaseolus vulgaris l.). UNPAD Bandung. Bionatura. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik Vo. 11, No.1, Hal 1-14
Your Affiliate Money Printing Machine is waiting -
ReplyDeletePlus, getting it set up is as simple as 1...2...3!
It's super easy how it works...
STEP 1. Choose affiliate products the system will advertise
STEP 2. Add some PUSH BUTTON TRAFFIC (it ONLY takes 2 minutes)
STEP 3. Watch the system grow your list and sell your affiliate products all by itself!
Do you want to start making profits???
Get the full details here