Friday 21 June 2013

Ekstraksi dan isolasi Nematoda, Jamu dan Bakteri dari dalam tanah



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.      latar belakang
Salah satu syarat media tanam yang baik adalah bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penyebab penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diserangnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Penggangu tanaman tersebut sering kali hidup di dalam tanah sebagai media tanam. Beberapa dari jenis makhluk hidup baik mikroorganisme maupun makroorganisme dapat hidup dan berkembang dalam tanah seperti halnya jamur , bakteri, nematoda dan lain-lainnya. Makhluk hidup tersebut dapat menyerang tanaman entah dengan usahanya sendiri maupun berkelompokan dengan makhluk hidup yang lain. Keberadaan penyebab penyakit tanaman tersebut sangat berbahaya bagi pertubuhan tanaman, karena dapat menyebabakan terjadinya gangguan sehingga tanaman akan sakit bahkan mati. Tanaman yang sakit tidak bisa tumbuh secara normal dan akibatnya produksi tanaman tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Munculnya penyakit yang disebabkan oleh penggangu tanaman tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman sehingga dapat menyebabkan jatuhnya hasil pangan dunia dan menurunnya penghasilan petani. Langkah yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah ini salah satunya dengan mengetahui jenis nematoda yang hidup pada tanaman yang terserang melalui morfologi dan fisiologinya. Selanjutanya kita baru bisa mengisolasi dan mengekstraksi penggangu tanaman tertentu dari dalam tanah. Pengekstraksian dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, antara lain metode Baermann asli, metode Baermann diperbaiki, metode Erlen Meyer seinhorst, metode Elutriator OOstenbrink dan metode Centrifuge. Namun pada praktikum kali ini, metode yang digunakan adalah metode Baermen asli, metode Erlen Meyer seinhorst.
Untuk membebaskan media tanam dari organisme penggangu tanaman seperti jamur, nematoda dan bakteri, tidak cukup dengan hanya mengekstraksi, juga kita harus mengisolasi penggangu tanaman tersebut. Isolasi adalah suatu cara untuk memisahkan organisme tersebut dari lingkungannya atau habitatnya dan menumbuhkan sebagai biakan murni dalam medium buatan. Mengisolasi mikrobia adalah memisahkan mikrobia dengan lingkungan atau substratnya dan menumbuhkan kembali pada medium buatan. Untuk penanaman mikrobia yang harus diperhatikan adalah faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen, karena ada mikrobia yang membutuhkan oksigen (aerob) dan ada mikrobia yang tidak butuh oksigen( anaerob).  Sedangkan isolasi bakteri ada 2 macam, yaitu dengan cara goresan dan cara taburan.

1.2.      tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara mendapatkan nematoda dari dalam tanah dan jaringan tanaman kopi dan kakao.

















BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).
Nematoda ditemukan di media tanam yang diberi pupuk kandang dan gejala awal adalah menguningnya daun dan gugurnya kuncup bunga yang masih muda. Bagian yang diserang nematode adalah akar adenium. Jika adenium yang sakit dicabut dari potnya akan terlihat semacam umbi di akar serabut. Di samping itu ujung akar serabut banyak yang mati dan pangkal akar mengeriput atau berlubang. Jika dilihat dengan mikroskop akan tampak banyak cacing kecil menggerogoti akar adenium. Kerusakan tanaman disebabkan sekresi air ludah yang diinjeksikan ke dalam tanaman saat nematoda menggigit atau memakan tanaman. Proses ini bisa menyebabkan kematian karena kekuatan akar dan tunas hilang, terbentuk luka, jaringan tanaman membengkak dan pecah (Heroetadji, 1998).
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian nematoda bengkak akar ini seperti penggunaan tanaman perangkap, pergiliran tanaman, pemberoan lahan, pengendalian secara hayati, kimia, fisik, penggenangan lahan dan lain-lain sebagainya. Penggenangan lahan (flooding) sebelum tanam merupakan tindakan yang efektif untuk menekan populasi nematoda dalam tanah,sehingga aktifitas dari nematoda didalam tanah memurun. Penggenangan yang cukup lama dapat menyebabkan nematoda kekurangan oksigen sehingga akan menyebabkan kematian, walaupun beberapa spesies masih dapat bertahan dalam genangan yang cukup lama nematoda tidak akan mampu unruk berkembang (Swibawa, 2000).
Sampel tanah dari sistem perakaran tanaman yang diduga terserang penyakit, misalkan diakibatkan oleh nematoda sangat diperlukan untuk keperluan diagnostik maupun koleksi nematoda. Apabila di dalam suatu kelompok pertanaman dijumpai adanya gejala botak-botak (patchy symptom), dianjurkan agar tanah diambil dari area yang terserang dan juga dari area yang diduga tidak terserang sebagai pembanding. Dianjurkan untuk mengambil sampel tanah yang kondisinya lembab. Hal tersebut dikarenakan tanah kering dimana nematoda-nematoda dorman yang biasanya terdapat di dalamnya akan rusak pada saat pengambilan sampel atau pada penanganan selanjutnya(Suwanda, 2009).
Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung khitin atau selulosa ataukeduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentukjaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik (Budi,2009).
Sampel tanah disimpan di dalam kantong plastik dan dipertahankan agar suhunya tetap sejuk selama dalam perjalanan. Sampel tanah sedapat mungkin segera diproses. Sampel tanah yang tidak dapat segera diproses dapat disimpan di dalam lemari pendingin. Walaupun demikian, agar diperhatikan bahwa tidak semua jenis nematoda dapat disimpan ditempat yang dingin. Terdapat beberapa macam cara untuk mendapatkan nematoda dari dalam sampel tanah maupun dari jaringan tanaman. Nematoda-nematoda yang bergerak aktif dapat diekstraksi dengan menggunakanmetode Whitehead tray atau Baermann funnel. Kedua metode ini sudah barang tentu memberikan hasil yang kurang memuaskan jika digunakan untuk mengekstraksi nematoda yang bergerak lamban atau nematoda yang ukuran tubuhnya besar (Suwanda, 2009).






BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Pelaksanaan praktikum acara Ekstraksi dan Isolasi Nematoda, jamur, dan Bakteri Dari dalah Tanah di Laoratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Dilaksanakan pada tanggal 4 April 2013, pukul 07.00- selesai.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Corong gelas
2.      Pipa plastik
3.      Statip
4.    Klem
5.    Penjepit
 6.   Kasa

3.2.2 Bahan
1.      Media tanam
a.       Tanah
b.      Pasir + Bahan Organik
c.       Sekam +Pupuk + Bahan Organik

3.3 Cara Kerja
1.    Mengambil tanah lalu mengaduk rata. Menakar sebanyak 300-500 gram/ml
2.    Membungkus dengan menggunakan kain panas/tisue, mengikat bagian atasnya.
3.     Memasang corong gelas/plastik yang ada pipa plastiknya diatas staptip lengkap dengan klem dan penjepit.
4.    Menempatkan tnah diatas corong seedemikian rupa lalu menambahkan air melalui tepi corong sampai tengah bungkusan.
5.  Menyimpan selama 24 jam menuangkan air yang ada di dasar pipa kedalam gelas piala.
6.  Menuangkan kedalam botol kecil, memberi etiket secukupnya dan simpan di tempat yang dingin



























BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Hasil pengamatan
           
KELOMPOK
METODE
JUMLAH
1
Bearman Asli
1
2
Bearman Diperbaiki (Tanah)
1
Bearman Diperbaiki (Pacar air)
2
3
ErlenMeyer Seinharst (1)
A:           -
B:           -
4
ErlenMeyer Seinharst (2)
A:           -
B:           -


4.2.      Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, terdapat hasil pengamatan dalam bentuk table di atas. Dari table tersebut kita dapat melihat bahwa adanya nematoda hanya pada kelompok 1 dan kelompok 2 dimana kelompok 1 menggunakan metode Bearman Asli sedangkan kelompok 2 menggunakan metode Bearman Diperbaiki baik pada media tanah maupun pada tanaman pacar air. Pada praktikum kali ini, kelompok 1 menggunakan media tanah dimana media ini diayak terlebih dahulu dan disimpan setelah 24 jam. Setelah 24 jam ini dilaksanakan pengamatan. Dari hasil pengamatan ini jumlah nematoda yang terdapat hanya 1. Sama dengan kelompok 2 yang menggunakan metode Bearman Perbaikan pada media tanah, yaitu hanya 1 nematoda yang terdapat. Sedangkan pada tanaman pacar air, terdapat nematoda sejumlah 2. Kemudian pada kelompok 3 dan 4 yaitu menggunakan metode Erlen Meyer Seinharst tidak terdapat nematoda sama sekali.
            Ekstraksi nematoda adalah cara untuk memisahkan nematoda dari jaringan tanaman atau dari gumpalan tanah. Ekstraksi nematoda dapat dilakukan baik secara sederhana maupun dengan peralatan sentrifus. Pada praktikum ini, setiap kelompok menggunakan metode berbeda-beda diantara lain metode Bearman Asli serta Bearman Diperbaiki dan juga metode Erlen Meyer Seinhorst. Dari ketoga metode tersebut, kebanyakan dipakai metode Bearmen Asli karena metode ini mudah dilakukan dan dapat dilaksanakan dalam dilaksanakan lebih cepat dibandingkan metode yang lain, padahal metode ini tidak begitu efisien sebagai metode ekstraksi. Sedangkan untuk metode Bearmen Diperbaiki, agak membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang metode Asli untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kemudian, metode Erlen Meyer Seinhorst, metode ini dapat dikatakan jauh berbeda dengan yang telah dicantumkan di atas karena pengkestraksian nematodanya cukup sederhana serta relative efisien untuk mendapatkan nematoda yang berukuran kecil. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu dengan mendapatkan hasil suspensi yang lebih jernih daripada yang lain.
            Berbagai macam masalah yang ditimbulkan oleh nematoda dan patogen tanah tersebut antara lain terjadi perubahan fisik dari tanaman, pertumbuahan yang tidak optimal serta kematian pada tanaman. Banyak faktor yang dapat menyebab keberadaannya nematoda di dalam suatu pertanaman diantara lain, faktor yang terdapat dari tanah sebagai media tanam, suhu, iklim, serta kelembapan. Tipe tanah mempengaruhi perkembangan nematoda misalnya sifat tekstur, aerasi, kelembaban, pH, kandungan bahan organik dan anorganik tanah. Nematoda membutuhkan kelembaban yang lembab dimana Kelembaban memberi kesempatan kepada banyak jenis fungi untuk menghasilkan spora dan memunculkan bakteri ke permukaan tubuh inang. Kelembaban juga memberi peluang spora berkecambah. Zoospora fungi, sel bakteri dan nematoda akan berpindah tempat karena adanya air atau kelembaban yang berlebihan. Oleh karena itu jika kejadian tersebut berulang-ulang atau terjadi dalam waktu lama maka akan memperlancar terjadinya epidemi. Selain itu nematoda juga membutuhkan aerasi yang baik. Aerasi berhubungan erat dengan kandungan air tanah, aerasi akan menurun dengan meningkatnya kandungan air tanah sehingga ketersediaan oksigen dalam tanah berkurang. Pertukaran udara dalam tanah mempengaruhi pernafasan nematoda. Perkembangan nematoda akan baik jika keadaan udara dalam tanah cukup. Faktor-faktor tersebut jika diuraikan secara statistik maka Nematoda  hidup dalam  tanah yang lembab, basah ,daerah  perakaran,vegetasi rimbun ,kedalaman 0 – 10 cm dari permukaan  tanah. Temperatur yang sesuai bagi nematode adalah 19 derajat sam pai 29 derajat celsius dan kelembaban 100 %. Hambatan terjadi di bawah 10 derajat Celsius dan diatas 33 derajat Celsius. Tipe tanah liat menghambat pergerakan nematode, sehingga penyebaran didalam tanah liat sangat terbatas. Kelembaban 75 % dan suhu 25 derajat celsiuc dapat menghambat  keluarnya juvenile infektif NEP dari inang ulat yang terinfeksi.Kelembaban 85 sampai 98 % dan temperature 30 derajat Celsius NEP akan mati setelah 102 jam. Kebutuhan oksige (O2 ) NEP tergantung pada temperature yang ada. Nematoda masih infektif pada temperatur tinggi jika terdapat jumlah oksigen yang banyak dan mampu bertahan selama 43 hari pada oksigen 0,5 % suhu 20 derajat Celsius. NEP mempunyai respon positip terhadap Ion Na, Mg, Ca, dan Cl.
            Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen.  Hal ini akan menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen.  Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang. Apabila tanaman mengalami serangan nematoda, maka kondisi tanaman akan berpenampilan seperti berikut diantara lain, tanaman sering layu pada sore hari padahal penyiraman selalu rutin, daun mati dan kelihatan seperti luka bakar, terdapat benjolan pada akar baik besar atau kecil dan pertumbuhan akar kerdil dan bengkok-bengkok terutama pada bagian ujung akar, terdapat luka-luka pada akar lateral dan akar berbau busuk. Jika gejala-gejala penyakit tersebut tidak segera dikendalikan maka pertumbuhan tanaman akan terhambat bahkan mati.
            Pada praktikum kali ini, kami ditegaskan untuk mengamati telur nematoda saja. Dari pengamatan ini, terdapat nama telur nematodanya yaitu Nematoda Heterorhabditis indicus. Heterorhabditis adalah genus nematoda milik Rhabditida pesanan. Semua spesies dari genus ini adalah parasit obligat serangga, telur ini mempunyai bentuk tubuh silindris dan panjang tubuh betina 479-700 µm, tubuh jantan 479-689 µm, sedangkan tubuh juvenile infektif 479-573 µm. Hampir semua fase-fase pertumbuhan Heterorhabditis berpengaruh terhadap pertanaman, akan tetapi yang paling merugikan yaitu pada fase imago dewasa. Spesies jenis ini menyebabkan kerusakan berat pada akar dan menyebabkan nekrosis, kumpulan telur nematode di lindungi oleh cairan pekat larva, stadium kedua akan keluar dari telur, larva tersebut bergerak aktif melalui selaput air antara partikel-patikel tanah dan menyerang akar tanaman dengn cara melukai epidermis ujung akar dengan stylet (alat penusuk dan penghisap) lalu masuk ke dalam jaringan tengah menghisap ciran sel akar.














BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan ini maka dapat disimpulkan bahwa:
·         Ekstraksi nematoda dari dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam metode tapi lebih banyak yang memakai metode Bearman Asli.
·         Pada praktikum kali ini, tanaman pacar air yang mengandung jumlah nematoda yang paling banyak dengan menggunakanan metode Bearman Diperbaiki.
·         Banyak faktor yang dapat menimbulkan keberadaan nematoda, diantara lain, faktor yang terdapat dari suhu, kelembapan serta tanah dll.
·         Tanaman yang terserang oleh nematoda jika tidak segera dikendalikan akan mengakibat tanaman mati bahkan penyakitnya akan menyebar ke tanaman di sekitarnya.
·         Telur nematoda Heterorhabditis indicus sangat merugikan bagi pertanaman.

5.2. Saran
·         Praktikan harus mempunyai kesabaran dan ketelitian dalam pelaksanaan acara praktikum ini, terutama dalam pengamatan yang menggunakan Mikroskop.
·         Ke depannya, ditambai asdos untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaannya.
·         Sifat kritis sangat saya butuhkan untuk memperbaiki pembuatan laporan ke depannya.







DAFTAR PUSTAKA
Campbell R. Mitchell. 2005. Biologi Jl. 2 (lux) Ed. 5. Erlangga. Surabaya
Johanis Panggeso. 2010. Analisis kerapatan populasi nematoda parasitik pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum mill.) Asal kabupaten sigi biromaru. Jurnal  Agroland 17 (3). Sulawesi Tengah. Hal 198 – 204.
Nugrohorini. 2010. Eksplorasi nematoda entomopatogen pada beberapa wilayah di jawa timur. Jurnal Pertanian MAPETA Vol. XII. No. 2. Jawa Timur. Hal 72 – 144.
Pracaya. 1990. Hama penyakit tanaman. Niaga Swadaya. Jakarta.
Wiratno dan Rohimatun. 2012. Patogenisitas nematoda Heterorhabditis sp. terhadap kumbang daun kelapa Brontispa longissima Gestro. Jurnal Littri 18(4). Bogor. Hlm. 137 – 142




















No comments:

Post a Comment