Friday 21 June 2013

Aplikasi media hidroponik untuk uji kualitatif pertumbuhan tanaman



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Saat ini, salah satu teknik budidaya tanaman non tanah yang mulai terkenal adalah teknik hidropnik. Teknik hidroponik ini banyak yang menggunakannya sebagai pengisi waktu luang, ada juga yang berbisnis dengannya. Teknik ini mempunyai beberapa manfaat dan keunggulan untuk menyelasaikan masalah-masalah yang telah muncul di bidang pertanian. Teknik ini banyak yang berusaha mengembangkannya disebabkan oleh sifatnya yang menghemat lahan, bersih, sulit diserang oleh hama dan gulma dan tidak rumit. Teknik hidroponik juga mudah pengaplikasiannya dibandingkan dengan teknik konvensional. Dalam pengembangan teknik hidroponik, ada dua teknik utama yang harus diketahui, yaitu teknik yang dikenal dengan hidroponik substrat dan non substrat. Untuk hidroponik substrat, teknik ini memnggunakan media buatan berdasarkan pasir dan arang sekam. Cara menggunakan hidroponik substrat ini hampir sama dengan bertanam biasa, yaitu menggunakan tanah dalam pot. Sedangkan, untuk hidroponik non substrat langsung menggunakan media air. Pengaplikasian hidroponik non substrat melalui jalu air dari susunan pipa dengan menguras nutrisi untuk tanaman. Kebanyakan menggunakan teknik NFT atau Nutrien Food Technique. Dengan teknologi tersebut, hidroponik semakin efisien dan mudah diterapkan dalam teknik budidaya tanaman, terutama tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran.
Di antaranya, modal yang cukup besar dibutuhkan untuk mengubah budidaya tanaman dari teknik konvensional menjadi budidaya tanaman dengan teknik hidroponik. Oleh sebab itu, harus benar-benar focus dan dipersiapkan untuk mengusaha budidaya tanaman dengan teknik hidroponik, jika usahanya ditujukan untuk bisnis,hobi, bisa dilaksanakan dengan penggunaan metode yang cukup sederhana dengan menggunakan alat-alat dan bahan seadanya, asalkan nutrisi tanamannya cukup. Karena budidaya tanaman hidroponik perlu menggunakan teknik yang khusus maka teknisinya membutuhkan suatu keterampilan lebih untuk mengusahakannya secara hidroponik, supaya produk hasil hidroponik baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan tersebut dibutuhkan juga untuk dapat memberi estetika pada tanaman yang diusahakan. Dengan adanya estetika pada tanaman, masyarakat pun jadi tertarik melihatnya. Budidaya tanaman menggunakan teknik hidroponik juga dapat dilaksanakan di dalam ruangan, akan tetapi hal ini akan memerlukan berbagai persyaratan terlebih dahulu untuk melakukannya, yaitu pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan baik dan benar, terutama kebutuhan tanaman akan pencahayaan harus cukup.
Dengan demikian, dalam pengaplikasian budidaya tanaman secara hidroponik, pengetahuan mengenai tekniknya dan langkah-langkah yang harus dilewati sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan produk hidroponik yang menyenangkan. Diketahui bahwa usaha hidroponik memerlukan modal yang cukup besar, maka dari itu agar modal tersebut tidak terbuang sia-sia dan beberapa keuntungan mengusahakan teknik ini benar-benar dapat dirasakan, sehingga orang-orang yang mengetahuinya akan mulai mengembangkan teknik ini, dan masalah-masalah pertanian, terutama dalam persoalan sempitnya lahan serta kualitas produk pertanian.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini, yaitu agar mahasiswa mengerti dan memahami pemanfaatan media tanam non tanah dalam budidaya secara hidroponik serta mengkaji respon dari media yang ada terhadap pertumbuhan tanaman





BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya tanaman secara hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, hydro yang berarti air dan ponous yang berarti kerja. Namun dalam teknik hidroponik media tanaman yang digunakan bukan hanya air, tetapi juga media-media selain tanah seperti pasir, kerikil, sabut kelapa, potongan kayu, pecahan batu arang, dan lain sebagainya dapat digunakan. Hidroponik dijadikan sebagai bisnis yang besar dan diselenggarakan projek riset terhadapnya, juga banyak bangunan perusahan-perusahan yang dapat menaruh perhatian pada bidang bercocok tanam paling logis di bumi dengan populasi yang semakin banyak. Keuntungan yang terdapat juga cukup banyak. Walaupun lahan semakin berkurang, masih dapat menanam lebih banyak. Kualitas produksi tanaman buah juga meningkat. Bahan-bahan yang digunakan dalam teknik hidroponik seperti air, pupuk dapat lebih awet kerena dapat dipakai ulang nantinya. Dari berbagai keuntungan dari teknik hidroponik, dapat dikatakan bahwa tanaman lebih teliti dan hasil produksinya sangat memuaskan (Ari Wijayani, 2009).
  Pada awalnya sistem hidroponik identik dengan penanaman tanpa media tanah, akan tetapi sesuai dengan perkembangan teknologi, hidroponik digunakan untuk penumbuhan tanaman dengan mengontrol nutrisi tanaman sesuai dengan kebutuhannya, salah satu metoda yang mulai banyak digunakan adalah nutrient film technique yang merupakan sistem hidroponik tertutup, yang mana nutrisi aka mengalir secara terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu secara teratur. Adapun teknik hidroponik terdiri dari teknik NFT (Nutrient Film Technic), Ebb and Flow, Aeroponik, DFT (Deep Flow Technic), DFT plus Aerator, Hidroponic Sifon dan Top Feeding merupakan metode penyiraman dan metode tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik substrat. Pada NFT, air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (atau terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas permukaan air Untung, 2000 (Harjoko, 2009).
Dalam teknik hidroponik, media tanah tidak digunakan, akan tetapi media ringan, porus dan steril sehingga unsur hara yang diberikan tidak terpengaruhi.  Cara bertanam dalam teknik tersebut hampir sama dengan cara bertanam pada teknik konvensional yaitu menggunakan media tanah, antara lain, persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Hal yang paling penting dan yang harus diperhatikan adalah pemupukan dan penyiraman. Hal ini dikarenakan oleh kekurangan sumber air dan makanan lainnya dalam media yang digunakan. Air dan pupuk ini diberikan dalam media hidroponik dalam bentuk larutan secara bersamaan. Dalam usaha hidroponik, sangat bermanfaat untuk yang bermodal banyak karena jumlah tanaman lebih banyak untuk luasan yang sama, kuantitas dan harga produksi lebih tinggi serta lebih berkualitas (Keith Roberto, 2005).
Secara hidroponik, bercocok tanam dikenal sebagai cara bercocok tanam yang memakai nutrisi dalam bentuk larutan kimia. Nutrisi tersebut diberikan secara penyiraman dan perendaman. Dibandingkan dengan metode konvensional yang menggunakan media tanah, ada beberapa kelebihan yang terdapat dari penggunaan teknologi hidroponik, yaitu dapat dilaksanakan pada lahan sempit atau pun di dalam ruangan yang terbatas, kesuburan, teknisi dapat mengkontrol pertumbuhan tanaman, media hidroponik sulit diserang oleh penyakit dan gulma, kualitas produksi tinggi. Membudidayakan tanaman secara hidroponik membutuhkan ketelitian. (Pinus Lingga, 2006)
Semua keuntungan yang diperoleh melalui teknik budidaya hidroponik sangat ditentukan oleh kandungan unsur hara makro maupun mikro. Bartanam dengan teknik hidroponik akan memudahkan para petani dalam mengatur kebutuhan unsur hara yang diperlukan suatu tanaman secara langsung. Pengaturan secara kebutuhan input tanaman secara langsung dapat mengoptimalkan potential genetic tanaman yang dibudidaya dan peningkatan hasil panen. (Douglas, 2007)



BAB 3 METODOLOGI
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 21 Maret 2013 dari jam 07:30 sampai 09:15 di lab Agronomi.
3.2. Bahan dan alat
3.2.1. Bahan
·         Larutan nutrisi A,B mix
·         Pupuk gandasil B
·         Pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-36
·         Fungisida dan insektisida
·         Ajir atau peyangga tanaman

3.2.2. Alat
·         Pot plastic
·         Pipa paralon
·         Gelas ukur
·         Cetok/alat pengaduk
·         Sprayer

3.3. Cara kerja
1.      Menanam bibit tomat ke dalam media padat/substrat dan bibit tanaman kangkung pada media NFT yang telah tersedia dengan terlebih dahulu melepaskan/membuang polybag bibit
2.      Memadatkan media di sekitar pangkal bibit dan untuk media NFT berikan penyangga spon pada pangkal bibit
3.      Menyiram media dengan air bersih
4.      Melakukan penyiraman nutrisi A,B mix
5.      Melakukan pemupukan dengan NPK, Urea, KCL dan SP-36
6.      Melakukan perawatan yaitu, membuang tunas-tunas air, melakukan pengikatan batang pada ajir, pengendalian OPT
7.      Melakukan parameter pengamatan setiap minggu terhadap tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah daun, jumlah buah per tanaman, berat buah pertanaman

















BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan
4.2. Pembahasan
Budidaya hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan media substrat maupun non substrat, dimana hidroponik dikatakan menggunakan media substrat, jika menggunakan media tanam untuk budidaya tanaman, media tersebut tidak termasuk tanah, misalnya pasir, arang sekam, bokhasi, serbuk gergaji, batu-batuan dan lain sebagainya. Pada praktikum yang telah dilaksanakan ini, media yang digunakan adalah media pasir, arang sekam dan serbuk gergaji untuk menanam tanaman tomat dimana masing-masing kelompok praktikan menggunakan perlakuan media yang berbeda-beda. Dilakukan pula pengamatan setiap hari secara terus menerus untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tanaman tomat serta untuk memelihara tanaman tersebut dengan melakukan penyiraman menurut kapasitas lapang dan dicatat data yang terdapat dari perubahan tersebut setiap minggu. Perubahan tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pada minggu penanaman, dicatat pula data dari masing-masing tanaman. Dengan demikian, setelah pengukuran tinggi serta penghitungan jumlah daun tanaman maka terdapat data berikut diantara lain, pada perlakuan 1:1:1, tanaman mempunyai ketinggian 30cm, dan jumlah daun hanya 31. Kemudian pada perlakuan 2:0:1, tinggi tanaman 24,67cm, serta daun sejumlah 34. Kemudian pada perlakuan 1:2:0, tinggi tanaman 32cm, serta daun sejumlah 45 dimana jumlah ini yang paling banyak di antara lain. Pada perlakuan 1:2:0 tinggi tanaman hanya 21cm,dimana ukuran ini yang paling pendek serta daun sejumlah 38. Kemudian pada perlakuan 0:0:3, tinggi tanaman 25cm, serta daun sejumlah 16 dimana jumlah daun yang tedapat pada tanaman ini menunjukan jumlah yang paling rendah di antara masing-masing tanaman. Dan yang terahir yaitu perlakuan 0:2:1, tinggi tanaman 21,3 dan jumlah daun 24.
Setelah minggu penanaman, dilakukan pengamatan pada minggu pertama dan terdapat data seperti berikut, diantara lain, pada perlakuan 1:1:1, tanaman mempunyai ketinggian 33cm, dan jumlah daun 58. Kemudian pada perlakuan 2:0:1, terdapat tinggi tanaman 58,3cm, serta daun sejumlah 81. Kemudian pada perlakuan 1:2:0, terdapat tinggi tanaman 43,3cm, serta daun sejumlah 54. Pada perlakuan 1:2:0 terdapat tinggi tanaman 31,16cm, serta jumlah daun 43. Kemudian pada perlakuan 0:0:3, terdapat tinggi tanaman 30,3cm, serta daun sejumlah 20. Dan yang terahir yaitu perlakuan 0:2:1, terdapat tinggi tanaman 29 dan jumlah daun 30. Dari pengamatan pada minggu pertama ini, terdapat perubahan tanaman baik pada ketingiian maupun pada jumlah daun dimana semua tanaman makin bertambah ketinggiannya serta jumlah daun.
Demikian pula pada pengamatan minggu ke-2, akan tetapi perubahan yang terdapat terutama pada jumlah daun, ada yang makin menurun seperti data yang terlihat pada perlakuan  2:0:1, jumlah daunnya menurun sampai 30. Kemudian pada pengamatan minggu ke-3, tanaman berubah secara terus menerus baik pada ketinggiannya maupun pada jumlah daunnya kecuali pada perlakuan 1:2:0, jumlah daunnya tetap, tidak ada perubahan. Pada pengamatan terahir yaitu pada minggu ke-4, sebagian dari masing-masing tanaman bertambah ketinggiannya tetapi dengan jarak yang agak kecil, seperti yang terlihat pada perlakuan 2:0:1 serta 1:2:0 yaitu ketinggiannya hanya bertambah kurang dari 1cm saja dari kondisi tanamannya pada minggu sebelumnya. Sedangkan pada perlakuan 1:1:1, 0:0:3, dan 0:2:1 terdapat penambahan ketinggian tanaman yang lumayan besar karena perbedaan tingginya dengan minggu sebelumnya lebih dari 10cm semua. Hanya pada perlakuan 1:2:0 yang terdapat penurunan ketinggian tanaman yaitu dari 71,6cm menurun sampai 64,6cm pada minngu terahir. Kemudian, jumlah daun pada masing-masing tanaman naik semua.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilaksanakan, dapat dikatakan bahwa tanaman yang menunjukan hasil yang terbaik itu terdapat pada perlakuan 2:0:1, yang mempunyai ketinggian tanaman 106,3cm dan jumlah daun sebanyak 128. Perubahan tanaman baik tinggi maupun jumlah daun dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah faktor yang terdapat dari media. Media yang baik adalah media yang dapat menumbuhkan tanaman dengan baik, secara maksimal sehingga dapat menghasilkan produksi yang bagus juga. Kemudian, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi, terutama pada jumlah daun misalnya akibat dari yang terdapat dari angina, angin yang kencang dapat mencabut daun-daun yang terdapat pada tanaman. Selain itu, seranggan penyakit atau hama juga sangat berpengaruh.
Pada praktikum acara ke-2 ini, dilakukan juga penanaman tanaman sawi dengan pengaplikasian hidroponik non substrat melalui jalur air dari susunan pipa dengan menguras nutrisi untuk tanaman yaitu dengan menggunakan teknik NFT atau Nutrien Food Technique. Pada pengapliasian teknik NFT ini diperoleh data yang meunjukkan perbedaan perlakuan pemberian nutrisi. Pada perlakuan 1 gr menunjukkan peningkatan pertumbuhan tanaman sawi hingga minggu ke empat, namun pertumbuhan tersebut tidak terus mengalami peningkatan pada mingggu ketiga dan seterusnya tanaman mengalami penurunan pertumbuhan. Perlakuan nutrisi 1gr berhasil menumbuhkan tanaman hingga tinggi maksimal sebelum mengalami penurunan dengan tinggi tanaman 8,1 cm dan jumlah daun 3 helai. Pada perlakuan yang lainnya yaitu pada perlakuan dengan jumlah nutrisi yang di berikan 1,5 gr hanya mencapai tinggi maksimal 5,4 cm dengan jumlah daun 2 helai sedangkan pada perlakuan terakhir yaitu dengan perlakuan pemberian nutrisi tanaman sebenyak 2 gr dapat menumbuhkan tanaman dengan tinggi maksimal 4,6 cm dan jumlah daun 3 helai. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian nutrisi yang menunjukkan kestabilan yaitu dengan jumlah nutrisi 1gr, sedangkan pada perlakuan lainnya tanaman mengalami penurunan pertumbuhan hingga mati. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapat faktor diantara lain, kuantitas serta kualitas nutrisi yang diberikan pada tanaman yang tidak sesuai dengan pertanaman, apabila pemberian nutrisi berlebihan, maka tanaman yang diusahakan akan mengalami kelayuaan bahkan mati. Maka dari itu, pemberian nutrisi seharusnya dilakukan dengan hati-hati. Selain itu, pada teknik NFT, akar tanaman seharusnya menyentuh pada larutan sebagai media tanam, apabila akar tanaman tidak mencapai lapisan larutan, maka tanaman tersebut tidak akan dapat menyerap air serta nutrisi yang terkandung dalam media sehingga tanmaan tersebut tidak dapat melaksanakan proses respirasi dan transport air. hal ini akan mengakibatkan  tanaman tidak dapat bertumbuh dan akan segera mati juga.
Berdasarkan hasil yang terdapat dari penanaman tanaman sawi dengan penggunaan teknik NFT ini, maka terdapat kegagalan yang ditandai dengan kematian atau penurunan tanaman yang diusahakan. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan kegagalan tersebut, diantara lain, faktor yang terdapat dari media tanam yang digunakan, keadaan bahan serta alat yang digunakan tidak bersih. Metode ini dilakukan dengan media larutan yang mengandung unsur hara mikro dan makro maka kedua unsur hara harus adadalam media tanam air, jika salah satu unsur tidak ada, maka teknik melalui hidroponik media air tidak dapat dilakukan sesuai petunjuk teknik tersebut. Ujung akar tanaman dipastikan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut. Selain itu, faktor lingkungan juga dapat berpengaruh misalnya udara yang bersirkulasi di dalam Greenhouse, serta temperature dan juga sinar matahari.
Ada beberapa hal yang berpengaruh dan perlu mendapat perhatuan dalam berbudidaya secara NFT, antara lain sistem sirkulasi air yang mengandung nutrisi, pemberian nutrisi pada media air, pencegahan terhadap hama dan penyakit, peletakan perakaran, dan kerapatan jarak tanam. Sirkulasi air yang mengandung nutrisi sangat penting untuk diperhatikan, karena jika air yang menggenang tidak terus dialirkan dalam suatu sirkulasi, akan menyebabkan pengendapan nutrisi, jika hal ini terjadi maka akar tanaman yang hanya menyentuh permukaan air (tidak sampai mendalam) akan hanya menyerap air saja, mungkin juga dengan oksigen, tanpa menyerap nutrisi yang mengendap dan berada di dasar bak penanaman sama sekali, karena akar kurang dapat menjangkau nutrisi yang berada di dasar. Sehingga hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tanaman akan lambat dalam pertumbuhannya dan tidak mampu berproduksi dengan baik. Pemberian nutrisi, sangat berpengaruh terutama untuk tumbuh dan kembangbya tanaman yang dibudidaya, komposisi nutrisi yang masih terkandung di dalam air dapat diketahui dengan melihat warna media air, jika media air menggenang masih terlihat keruh berarti air masih mengandng nutrisi yang cukup, sedangkan jika warnanya jernih maka menandakan nutrisinya sudah mulai habis dan memerlukan asupan nutrisi lagi.





























DAFTAR PUSTAKA
Pinus Lingga, 2006. Hidroponik: bercocok tanam tanpa tanah. Jakarta. Niaga Swadaya
Keith Roberto, 2005. How to Hydroponics. London, Harvard University. Futuregarden, Inc.
Douglas J. Peckenpaugh, 2007. Hydroponic Solutions: Volume 1: Hydroponic Growing Tips, Volume 1. London. New Moon Publishing, Inc.
Ari Wijayani dan Wahyu Widodo, 2009, Usaha meningkatkan kualitas beberapa                                varietas tomat dengan sistem budidaya hidroponik. UPN Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 12 No.1, 2005 : 77 - 83
Suprijadi, N. Nuraini dan M. Yusuf, 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. Bandung, ITB. Jurnal Auto. Ctrl.Inst Vol 1(1): 31-35
Ahmad Saputra Sormin, Irfan Suliansyah, dan Reni Mayerni, 2010. Pembentukan umbi GO tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) pada beberapa larutan hara hidroponik. Padang Indonesia UNAND. Jurnal Jerami Volume 3  No. 1. Hal 50-56
Harjoko, D. 2009. Studi Macam Media dan Debit Aliran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) secara Hidroponik NFT. Agrosains 11(2): 58-62.
Heryy Suhardiyanto, 2008. Teknologi Hidroponik untuk budidaya tanaman. Bandung Indonesia. Artikel teeknologi hidroponik untuk budidaya tanaman 4(2): 27-40
Diana R. 2011. Hidroponik sederhana. Jakarta, Indonesia. Artikel ilmiah hidroponik hal1-6
Novik Kurnianti, 2010. Daya Tarik Bertanam Hidroponik. Malang, Universitas Muhamadiyah. Artikel teknik hidroponik


1 comment:

  1. Wow... super... membantu banget nih untuk tugas kampus... :D

    ReplyDelete