Friday 21 June 2013

pembuatan preparat awetan nematoda, jamur dan serangga tanah



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Tanah merupakan media tumbuh tanaman dan habitat berbagai mikro organisme seperti dari golongan jamur,  serangga, nematoda, bakteri, dan banyak mikro organisme lain. Jamur termasuk golongan yang cukup dominan di dalam tanah, baik perananya sebagai patogen tanaman, dekomposer, bahkan sebagai agen pengendali hayati. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan sehingga memudahkan kita untuk mempelajari penyakit tumbuhan menurut kepentingannya masing-masing. Jamur di dalam tanah yang berperan sebagai agen pengendali hayati dapat diisolasi untuk diperoleh isolat murni . Jamur agen hayati tular tanah dikelompokkan sebagai jamur patogen serangga (entomopatogen) dan antagonis. Penentuan sampel tanah sangat penting dalam keberhasilan mendapatkan jamur pengendali hayati. Setiap jamur agen hayati memiliki kekhasan jenis, struktur, dan komposisi tanah sebagai habitatnya. Dengan demikian dilakakukan praktikum ini yang berjudul “pembuatan preparat awetan mikroorganisme.
      Mikroorganisme yang hidup di dalam tanah tidak semuanya mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan tanaman. Seperti nematoda yang dapat  membuat tanaman menjadi sakit dan dalam pertumbuhannya tanaman tidak bisa hidup tumbuh dengan normal. Tetapi, nematoda tersebut perlu kita ketahui bagaimana morfologi dan bagaimana cara nematoda tersebut hidup di dalam tanah serta aktifitasnya. Bakteri juga termasuk mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Bakteri mempunyai peranan dapat menyebabkan busuk akar pada tanaman, serta sebagian bakteri juga berfungsi untuk pertumbuhan tanaman.
Dengan pembuatan preparat maka memudahkan dalam mempelajari morfologinya sehingga mengetahui apakah mikroorganisme tersebut merupakan patogen penyebab penyakit atau tidak dan masih berbagai kepentingan lain. Pada praktikum ini praktikan akan membuat preparat awetan nematoda dan jamur. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pembuatan preparat awetan nematoda, diantaranya adalah memancing nematoda, membius, membunuh, fiksasi dan membuat preparat awetan. Sedangkan pada preparat awetan jamur dapat membuat suatu biakan murni jamur dan membuat preparat awetan serangga tanah ada dua macam yaitu preparat awetan kering dan basah, namun yang mudah untuk digunakan adalah preparat awetan basah. Oleh karena itu, hal yang ingin dicapai dari pembuatan preprata ini adalah meneliti secara lebih detail lagi tentang anatomi nematoda dan jamur serta serangga tanah.


1.2.Tujuan
1.    Untuk mengetahui cara membuat preparat awetan nematoda dan jamur.
2.    Untuk mengetahui fungsi dari awetan jamur dan nematoda.
3.    Untuk mengetahui teknik mudah memancing nematoda.






BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Preparat ada 2 macam yaitu preparat awetan dan preparat basah. Preparat awetan dikerjakan pada waktu melakukan praktikum mikroteknik tumbuhan dan preparat yang dihasilkan dapat disimpan cukup lama. Preparat basah dilakukan pada waktu praktikum struktur mikroorganisme dan preparat yang dihasilkan tidak dapat tersimpan lama (Dwidjoseputro,1989)
Preparat dibuat dengan cara sebagai berikut: cendawan yang akan diidentifikasi diambil dengan menggunakan jarum probes. Sebelumnya object glass diberi setetes lactofenol blue, kemudian cendawan diletakkan di dalam tetesan lactofenol blue. Setelah itu, ditutup dengan cover glass (sampai tidak terbentuk gelembung udara). Agar preparat kedap udara, pinggiran cover glass diberi kutek bening dan di panaskan dengan hot plate selama 2-3 hari. Preparat yang sudah selesai dibuat, diberi label sesuai dengan identitas cendawan yang di dalamnya. Pada edisi ini akan dibahas beberapa koleksi preparat cendawan yang berhasil didapat pada pengujian benih Kedelai di tahun 2008. Beberapa cendawan yang berhasil dikoleksi preparatnya adalah Fusarium oxysporum, Mucor sp., Phomopsis sojae, Cladosporium sp. dan Rhizopus sp. Berikut ini adalah ciri-ciri cendawan tersebut Phomopsis sojae Piknidia pada benih biasanya hanya satu atau dalam kelompok. Memiliki ostiol yang besar dan beberapa piknidia terlihat dengan oose dari piknidiospora yang basah. Piknidiospora terdiri atas dua tipe, alpa dan beta. Alpa berbentuk fusoid sampai elips, sangat jarang ditemukan. Sementara itu, beta berbentuk filiform, seperti kurva dan jarang yang lurus (Dwidjoseputro,1989).
Untuk mengamati sel-sel yang terdapat pada Rhoeo discolor biasanya kita menggunakan preparat basah karena untuk saat ini tumbuhan tersebut masih dapat kita jumpai di berbagai tempat. Preparat basah merupakan preparat yang paling praktis membuatannya daripada preparat awetan karena dalam pembuatan relative mudah. Akan tetapi terdapat kekurangan mengenai preparat ini yaitu penggunaannya tidak dapat digunakan dengan berulang kali. Meskipun preparat basah merupakan preparat yang praktis dalam pembuatannya, kita juga memerlukan beberapa taktik untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang kita inginkan, seperti sayatannya harus tipis, tidak terdapat gelembung antara reagen dan object diantara cover glass dan object glass. Juga preparat basah ini harus dijaga dengan baik supaya cover glass tidak bergerak yang mengakibatkan adanya gelembung pada object atau cover glass tersebut lepas dari object glass. Dalam pembuatan preparat diperlukan reagen yang terdiri dari berbagai macam reagen tergantung kebutuhannya (Saryono, 2002).
Nematoda adalah cacing halus yang hidup sebagai saprofit di dalam air dan tanah, atau sebagai parasit pada tanaman dan hewan. Nematoda yang hidup sebagai parasit pada tanaman memiliki stilet yang berfungsi untuk mengisap sel-sel tanaman sehingga fungsi fisiologi tanaman terganggu. Saat ini, nematoda parasit dilaporkan telah merusak berbagai tanaman pertanian di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun subtropis. Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di seluruh dunia mencapai US$80 miliar/tahun. Meskipun demikian, di Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit kurang disadari baik oleh petani maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan gejala serangan nematoda sulit diamati secara visual karena ukurannya sangat kecil. Selain itu, gejala serangan nematoda berkembang sangat lambat dan tidak spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air atau kerusakan akar dan pembuluh batang. Gejala serangan nematoda pada tanaman tidak drastis, bahkan sering tertutup oleh gejala serangan hama atau penyakit lain yang lebih spesifik dan mudah dibedakan. (Supriadi, 2008).
Sampel tanah dari sistem perakaran tanaman yang diduga terserang penyakit, misalkan diakibatkan oleh nematoda sangat diperlukan untuk keperluan diagnostik maupun koleksi nematoda. Apabila di dalam suatu kelompok pertanaman dijumpai adanya gejala botak-botak (patchy symptom), dianjurkan agar tanah diambil dari area yang terserang dan juga dari area yang diduga tidak terserang sebagai pembanding. Dianjurkan untuk mengambil sampel tanah yang kondisinya lembab. Hal tersebut dikarenakan tanah kering dimana nematoda-nematoda dorman yang biasanya terdapat di dalamnya akan rusak pada saat pengambilan sampel atau pada penanganan selanjutnya(Subandi, 2009).
Sampel tanah disimpan di dalam kantong plastik dan dipertahankan agar suhunya tetap sejuk selama dalam perjalanan. Sampel tanah sedapat mungkin segera diproses. Sampel tanah yang tidak dapat segera diproses dapat disimpan di dalam lemari pendingin. Walaupun demikian, agar diperhatikan bahwa tidak semua jenis nematoda dapat disimpan ditempat yang dingin. Terdapat beberapa macam cara untuk mendapatkan nematoda dari dalam sampel tanah maupun dari jaringan tanaman. Nematoda-nematoda yang bergerak aktif dapat diekstraksi dengan menggunakanmetode Whitehead tray atau Baermann funnel. Kedua metode ini sudah barang tentu memberikan hasil yang kurang memuaskan jika digunakan untuk mengekstraksi nematoda yang bergerak lamban atau nematoda yang ukuran tubuhnya besar (Subandi, 2009).
Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung khitin atau selulosa ataukeduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentukjaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik (Saryono, 2002).





BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan Preparat Awetan Nematoda dan Jamur dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.    Tanah
2.    Alkohol
3.    Air
4.    Laktofenol
5.    Kutek

3.2.2 Alat
1.    Cawan petri
2.    Tabung reaksi
3.    Bunsen
4.    Erlenmeyer
5.    Media DPA
6.    Media NA
7.    Degglas
8.    Glasswoll
9.    Plong

3.3    Cara Kerja
3.3.1 Membuat Preparat Awetan Nematoda
1.    Mengumpulkan beberapa awetan nematoda yang telah difiksasi dan masukkan kedalam gelas arloji atau cawan petri yang telah berisi laktofenol panas (65-70o C) dan diberi zat pewarna (asam fukhsin, cotton blue dan lain-lain).
2.    Membuat lingkaran parafin pada gelas benda, tetesi laktofenol secukupnya (1-2 tetes), memberi glasswoll pada tiga sisi sebagai penyanggah agar nematoda tidak pipih.
3.    Memindahkan nematoda dengan pancing dan menempatkan ditengah-tengah parafin dalam laktofenol.
4.    Menutup dengan kaca penutup.
5.    Memanaskan diatas lempeng pemanas atau lampu bunsen beberapa detik untuk menccairkan parafinnya dan lekatkan dengan lem atau lak kuku.
6.    Masukkan kedalam lempeng preparat yang terbuat dari lempeng aluminium, jepit dengan karton.
7.    Memberi etiket tentang nama spesies, nama kolektor, tempat dan lain sebagainya. Maka preparat awetan telah selesai.
8.    Menyimpan dalam kotak preparat (ada yang terbuat dari kayu, plastik ataupun seng).

3.3.2 Membuat Biakan Murni Jamur
1.    Mengambil cawan petri yang berisi beberapa bentuk dan warna hifa/miselium jamur dari hasil isolasi jamur pada praktikum sebelumnya, kemudian tempatkan didalam laminar air flow.
2.    Mengamati jamur-jamur yang tumbuh.
3.    Mengambil satu macam jamur dengan menggunakan jarum preparat atau jarum ose steril (telah dipanasi beberapa detik diatas lampu bunsen).
4.    Membuka kapas pada media agar miring dan ujungnya dipanasi dengan menggunakan lampu bunsen.
5.    Menggores hasil nomor tiga pada media agar miring didalam laminar flow.
6.    Menutup kembali media agar miring dengan kapas. Menyimpan dalam laminar flow. Hasilnya adalah biakan murni jamur.

3.3.3 Membuat Preparat Awetan Jamur
1.    Mengamati dengan seksama jamur yang tumbuh setelah kurang lebih 4-7 hari dari pembuatan biakan murni.
2.    Mengambil hasil tumbuh jamur dalam media agar miring (biakan murni jamur), bisa sporanya, miseliumnya, atau gabungan keduanya untuk selanjutnya dijadikan preparat awetan jamur.
3.    Mengambil dengan jarum preparat atau jarum ose steril hasil tumbuh jamur dalam media agar miring (biakan murni jamur) lalu tempatkan diatas gelas benda (objek gelas) yang berisi larutan laktofenol dalam lingkaran parafin. Mengamati dibawah mikroskop bentuk jamurnya apakah bagus atau layak untuk dijadikan preparat ataukah tidak.
4.    Menutup dengan cover slip (deck glass) apabila sudah dirasa bagus dan layak.
5.    Memanaskan diatas lempeng pemanas atau lampu bunsen agar parafinnya mencair.
6.    Meletakkan dengan lem atau lak kuku.
7.    Memasukkan kedalam lempeng aluminium, jepit dengan karton, memberi etiket secukupnya, menempatkan pada kotak preparat.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan
Tabel pengamatan isolasi jamur golongan E
klpk
Foto
Foto mikroskop
Literatur
Keterangan
1
Description: G:\DSC_0277.jpg
Description: G:\DSC_0030.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\index.jpg
Nama: Aspergillus Niger
Warna: Hitam
2
Description: G:\DSC_0275.jpg
Description: G:\DSC_0034.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\image002.jpg
Nama: Trichoderma spp
Warna: hijau
3
Description: G:\DSC_0276.jpg
Description: G:\DSC_0032.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\bhl.jpg
Nama: Fusarium Sp
Warna: Putih
Ket     : Kontaminan
4
Description: G:\DSC_0277.jpg
Description: G:\DSC_0039.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\bhl.jpg
Nama: Fusarium Sp
Warna: Putih
Ket     : Kontaminan






Tabel pembuatan preparat awetan nematoda golongan E
klpk
Gambar
Mikroskop
Literatur
Keterangan
1
Description: Description: Foto-0249 - Copy - Copy - Copy - Copy.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\IMG_0007.JPG
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\images.jpg
Nama:
Meloidogyne spp.
2
Description: Description: Foto-0249 - Copy - Copy - Copy - Copy.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\IMG_0008.JPG
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\images.jpg
Nama:
Meloidogyne spp
3
Description: Description: Foto-0249 - Copy - Copy - Copy - Copy.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\IMG_0009.JPG
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\nma.jpg
Nama:
Meloidogyne spp
4
Description: Description: Foto-0249 - Copy - Copy - Copy - Copy.jpg
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\IMG_0007.JPG
Description: C:\Users\Saiful\Downloads\HPT\nma.jpg
Nama:
Meloidogyne spp

4.2. Pembahasan
Dalam membuat biakan murni yang kita lakukan, dengan bertujuan mendapatkan bentuk dan warna dari hifa atau miselium jamur dari hasil isolasi pada praktikum yang kami lakukan. Hasil dari praktikum dan pengamatan yang kami lakukan dengan membuat preparat biakan murni jamur, dihasilkan 4 jenis jamur. Semua jenis-jenis jamur yang diperoleh dapat diketahui nama-namanya setelah dilakukan perbandingan dengan literature yang ditemukan. Pada praktikum ini, semua hasil yang terdapat oleh masing-masing kelompok selama percobaan berlangsung telah difoto. Foto-foto yang terdapat tersebut yang telah ditampilkan diatas pada table hasil. Berdasarkan hasil yang terdapat ini, pada hasil pengamatan jamur kelompok 1 didapat jamur Aspergillus niger dimana jenis jamur ini merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur. Ada pun peran yang sangat menguntungkan dari jenis jamur ini yaitu dapat digunakan sebagai model fermentasi, digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase, menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan. Kemudian untuk kelompok 2 mendapatkan jamur Trichoderma, pada media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Trichoderma spp. Jamur tersebut menjadi salah satu jamur yang bersifat saprofit, atau menguntungkan bagi tanaman inangnya. Hal tersebut dikarenakan hifa dari jamur Trichoderma tersebut mampu menjerat nematoda patogen, sehingga membantu tanaman terbebas dari serangan nematoda parasit yang bersifat merugikan. Nematoda parasit dapat dijerat oleh hifa Trichoderma  dikarenakan pergerakan nematoda parasit sangat lambat sehingga hifa jamur mudah untuk menjerat. Selanjutnya untuk kelompok 3 dan 4, didapatkan hasil yang sama yaitu pertumbuhan jamur dengan warna putih susu yakni Fusarium sp. Jamur Fusarium sp dikenal sebagai salah satu jamur yang menguntungkan, hal tersebut dikarenakan Fusarium  merupakan jamur yang tumbuh pada tempe, tanpa adanya proses dari simbiosis jamur Fusarium, pembuatan tempe tidak akan berhasil.
Setelah pelaksanaan praktikum ini, dilakukan inkubasi selama 24jam. Dari hasil inkubasi ini, dapat diketahui adanya kontaminasi mikroorganisme. Kontaminasi tersebut hanya terjadi pada kelompok 3 dan kelompok 4, sedangkan yang lain tidak. Banyak factor yang dapat menyebabkan adanya kontaminasi, salah satunya adalah penggunaan alat-alat yang tidak dibersihkan terlebih dahulu atau tidak disterilkan, pembersihan ini dapat dilakukan dengan mudah yaitu dengan menggunakan bahan seperti alcohol dan lain sebagainya. Keadaan bersih atau tidaknya alat-alat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh dan seharusnya dalam pelaksanaan praktikum hal ini diperhatikan oleh praktikan karena dalam hal mikroorganisme kondisinya semua bahan dan alat sangat sensitive karena dua-duanya itu saling berhubungan langsung dengan mikroorganisme yang kasat mata. Kemudian, kontaminasi juga dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam pelaksanaan tahap-tahap isolasi. Pelaksanaan percobaan terutama dalam halnya mikroorganisme seharusnya dilakukan dengan langkah kerja secara berurutan karena apabila satu langkah pun terlewati ataupun tertinggal, maka hasil yang diperoleh nantinya akan tidak meyakinkan. Selain kesalahan dalam langkah kerja dan penggunaan peralatan yang tidak steril, penggunaan alat-alat seperti masker, jas lab dan lain sebagainya juga dapat mengakibatkan kontaminasi. Alat-alat tersebut sangat menentukan kualitas hasil dalam pelaksaan praktikum karena pernafasan serta sentuhan praktikan juga dapat membawa mikroorganisme dari luar masuk ke dalam media yang sedang diamati sehingga akan menyimbulkan infeksi juga.
Setelah melakukan inkubasi, hasil yang terdapat sangat dipengaruhi oleh beberapa factor. Kesempurnaan pertumbuhan koloni yang terdapat dapat disebabkan oleh cara pelaksanaan percobaan, yaitu langkah kerja sesuai dengan petunjuk tertentu. Apabila hasil tidak menyenangkan, yang dimaksud dengan ketidak adanya perubahan, hal tersebut dikatakan biakan tidak tumbuh. Hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa factor, misalnya komposisi atau takaran media tidak sesuai dengan mikroorganisme yang akan di tumbuhkan pada media tumbuh tersebut.
Berdasarkan praktikum ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri diantara lain yakni penumbuhan bakteri pada media biakan murni tegak dan biakan murni miring. Dalam pembuatan preparat biakan murni jamur dilakukan dengan bertujuan untuk mendapatkan satu spesies dalam satu wadah media atau kultur. Langkah-langkah pemurnian biakan murni adalah sebagai berikut, koloni dengan karakter morfologi tertentu (koloni tunggal) dapat dipisahkan satu dengan lainnya dengan cara mengambilnya dengan ose (diusahakan koloni yang berjauhan). Kemudian digoreskan pada media nutrien agar atau medium agar pemurnian yang lain.  Pengambilan dengan ose dapat memisahkan koloni tunggal dengan yang lainnya. Untuk memurnikan kapang, ambil koloni dengan karakter morfologi tertentu dengan cara mengambilnya dengan jarum enten kemudian menaruhnya pada satu titik media PDA pada cawan petri. Jarum ose dan jarum enten yang digunakan untuk memindahkan sedikit biakan bakteri dan kapang ke gelas obyek harus disterilisasi dengan cara dipanaskan diatas lampu bunsen agar terbebas dari mikroba (steril), begitu pula dengan bibir cawan petri tempat koloni fungi.
Medium buatan berfungsi sebagai medium pertumbuhan biakan murni bakteri. Pada medium bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak. Inkubasi dilakukan pada suhu 300C (jika tergolong mikroba mesofil) dengan lama inkubasi 24 jam untuk bakteri dan paling sedikit 3x24 jam untuk kapang. Perbedaan waktu inkubasi adalah karena waktu pertumbuhan dan perkembangbiakkan antara bakteri dan kapang berbeda. Inkubasi dilakukan untuk memberikan suasana yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan bakteri dan kapang hingga terbentuk koloni. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik. Hal ini dilakukan agar untuk mencegah kondensasi menitis dari bawah ke atas permukaan agar yang dapat memfasilitasi pergerakan organisme antara koloni.
Penyimpanan biakan murni menggunakan teknik agar miring yang berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk kapang serta Nutrien Agar (NA) untuk bakteri. Pada teknik ini, agar didinginkan dalam kedaan miring untuk memperoleh luar permukaan yang lebih besar sehingga koloni yang berkembeng diharapkan lebih banyak. Tujuan utama preservasi, yaitu mereduksi atau mengurangi laju metabolisme sekecil mungkin dengan tetap mempertahankan viabilitas (daya hidupnya) ciri-ciri genetiknya tetap stabil dan tidak berubah dan memelihara sebaik mungkin biakan, sehingga diperoleh angka perolehan (recovery) dan kehidupan (survival) yang tinggi dengan perubahan ciri-ciri yang minimum. Caranya hampir sama dengan pemurnian biakan, yaitu dengan mengambil sedikit koloni bakteri dengan menggunakan jarum enten kemudian menaruhnya pada media NA yang telah disediakan, sedangkan untuk kapang pada bagian tengah Potato Dextrose Agar (PDA) dalam tabung reaksi. Sterilisasi mulut tabung reaksi dilakukan dengan melewatkan mulut tabung pada api bunsen. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah menginokulasikan biakan. Kemudian dilakukan inkubasi ke dalam inkubator dan diamati bentuk koloni yang tumbuh. Inkubasi dilakukan untuk memberikan suasana yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan kapang hingga terbentuk koloni.
Dari kedua metode tersebut, entah metode biakan murni tegak entah metode biakan murni miring sama-sama mempunyai kelebihan serta kekurangan masing-masing dimana pada media biakan murni tegak memiliki kelebihan yakni luas permukaan media agar lebih sempit, dibandingkan dengan metode biakan murni miring, hal tersebut menjadikan biakan murni tegak lebih bersifat meminimalisir kemingkinan terjadi kontaminasi dari luar. Hal ini dikarenakan pada metode biakan murni tegak selain permukaan media yang lebih sempit, akan tetapi juga menjadikan hal tersebut lebih sukar untuk dikontaminasi bakteri lain dari luar. Sedangkan untuk biakan murni miringyakni memiliki kelebihan lebih mudah untuk dilakukan isolasi dibandingkan dengan menggunakan metode biakan murni tegak, akan tetapi hal tersebut akan menjadikan kemungkinan kontaminasi dari luar semakin besar. Selain itu jika menggunakan biakan murni miring, bakteri atau koloni bakteri yang ditumbuhkan didalam media lebih banyak.
Dalam kegiatan memancing nematoda, setelah melakukan ekstraksi isolasi nematoda dimana suspensi nematoda telah dimasukkan kedalam botol dan disimpan didalam pendingin. Memnacing nematoda dilakukan dengan menggunakan bambu atau lidi yang runcing. Cara pertama yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan mikroskop terlebih dahulu. Setelah itu meletakkan diatas meja preparat dan kemudian suspensi nematoda yang telah disediakan diletakkan dimeja bawah lensa objektif. Mengatur lensa mikroskop dengan kemampuan mata masing0masing pengamat. Kemudian menggerakkan nematoda dengan menggeser wadah tersebut. Setelah sasaran terlihat, maka arahkan pancing tersebut ke nematoda. Kemudian angkat nematoda sedikit demi sedikit dengan diikitui penyesuaian lensa, selanjutnya mengangkat lagi sampai nematoda tersebut terangkat sampai ke permukaan air.
Kendala yang kami dapatkan dalam melakukan pembuatan preparat awetan nematoda adalah cara yang terlalu panjang dan juga membutuhkan ketelitian dan kehati hatian dalam melakukan. Apabila kita telah membuat awetan preparat yang sudah jadi, belum tentu awetan preparat tersebut ada nematoda didalamnya. Apabila dalam awetan preparat yang kita lakukan tidak ada nematodanya, kita harus mengulang langkah awal dan membuat lagia awetan preparat yang baru sampai ada nematoda didalamanya saat pengamatan dibawah mikroskop. Setelah itu langkah pemancingan nematoda pun juga membutuhkan ketelitian dalam melakukan pemancingan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam membuat preparat awetan nematoda bahwa tubuh nematoda sangat rapuh sehingga mudah rusak jika tidak ditangani dengan benar. Membuat awetan preparat nematoda sangat mebutuhkan waktu dan tenaga yang harus benar-benar dipersiapkan.
Mikrofauna termasuk nematoda di rhizosphere memainkan peranan yang penting dalam menghasilkan nutrien yang berharga bagi tanaman, mengakumulasi dan stabilisasi karbon organik tanah, efek hormon, keanekaragaman mikroba dan stabilitas fungsi interaksi multitrofik diatas tanah, dan bioremediasi dari tanah yang terkontaminan. Fungsi dari Nematoda pemakan bakteri dan fungi adalah melepaskan unsur N, P, S, dan mikronutrien yang akan berharga bagi tanaman. Nematoda ini juga akan menhambat kemampuan nematoda pemakan akar dalam menemukan akar. Jika jenis ini melimpah maka siklus nutrien akan lebih banyak.
Tanah yang baik mengandung 5 sampai 500 nematoda per sendok teh. Nematoda di tanah memiliki kisaran ukuran dari 0,25 sampai 5,5 mm. Seekor nematoda pemakan bakteri mengkonsumsi kira-kira 100 bakteri perhari, dan nematoda pemakan fungi akan memakan 80 kaki panjang hifa per hari. Nematoda membutuhkan nitrogen dan nutrien lainnya lebih sedikit daripada bakteri dan fungi, sehingga kelebihannya dikeluarkan dan menjadikan nutrien ini berguna bagi tumbuhan. Kompos yang diolah dengan baik akan mengandung nematoda yang menguntungkan
            Nematoda parasitik biasanya dapat dijumpai di dalam tubuh inang. Nematoda parasitik tanaman dapat menyerang bagian tanaman sesuai dengan sifat parasitasi nematoda itu sendiri. Ada yang bersifat ektoparasit, endo parasit ataupun ekto-endo parasit. Bagian tanaman yang terserang dapat berupa akar, batang, daun, dan bahkan pada bagian biji. Gejala dan tanda serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat pada bagian tanaman yang berada di atas tanah maupun yang berada di dalam tanah. Nematoda parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen.  Hal ini akan menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen.  Nematoda yang menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang. Selain itu, ada juga Jenis nematoda yang saprofit sangat menguntungkan karena mempercepat proses tanaman yang telah mati menjadi tanah.












BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
                 Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:
·         Jamur yang berada di dalam tanah meiliki bermacam-macam jenis dan masing-masing jenis ini mempunyai fungsinya sendiri-sendiri juga.
·         Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan praktikum ini sehingga tidak terjadi kontaminasi, misalnya peralatan harus disterilkan
·          Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri, yakni metode biakan murni tegak dan metode biakan murni miring
·         Tujuan pembuatan preparat awetan adalah untuk memudahkan dalam identifikasi mikroorganisme.
·         Tahapan dalam pembuatan preparat jamur lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan preparat awetan nematoda.

5.2. Saran
Pada praktikum pembuatan preparat nematoda diusahakan harus mengatur hari dan waktu untuk praktikum sehingga praktikum sesuai waktu akademik.








DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan Press.
Endang Purwaningsih dan Awal Riyanto. 2011. Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di Sulawesi Tengah, Indonesia. Biologi Indonesia. 7(1): 45-52.
Retno Djiwanti dan Supriadi. 2008. Determinasi Nematoda Parasit Aphelenchoides sp. Penyebab Penyakit Hawar Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Littri. 14(2): 61-66.
Saryono, dkk. 2002. Isolasi Dan Karakterisasi Jamur Penghasilinulinase yang Tumbuh Pada Umbi Dahlia (Dahlia variabilis). Natur Indonesia. 4(2): 141-147.
Subandi. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga.