BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Tanah merupakan media tumbuh tanaman dan habitat berbagai
mikro organisme seperti dari golongan jamur,
serangga, nematoda, bakteri, dan banyak mikro organisme lain. Jamur
termasuk golongan yang cukup dominan di dalam tanah, baik perananya sebagai
patogen tanaman, dekomposer, bahkan sebagai agen pengendali hayati. Setiap
macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula
satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman.
Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam
organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman.
Kenyataan ini akan menyulitkan dalam mempelajari penyakit pada tanaman. Untuk
mengatasi kesulitan tersebut, maka diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan
sehingga memudahkan kita untuk mempelajari penyakit tumbuhan menurut
kepentingannya masing-masing. Jamur di dalam tanah yang berperan sebagai agen
pengendali hayati dapat diisolasi untuk diperoleh isolat murni . Jamur agen
hayati tular tanah dikelompokkan sebagai jamur patogen serangga (entomopatogen)
dan antagonis. Penentuan sampel tanah sangat penting dalam keberhasilan
mendapatkan jamur pengendali hayati. Setiap jamur agen hayati memiliki kekhasan
jenis, struktur, dan komposisi tanah sebagai habitatnya. Dengan demikian
dilakakukan praktikum ini yang berjudul “pembuatan preparat awetan mikroorganisme”.
Mikroorganisme
yang hidup di dalam tanah tidak semuanya mempunyai peranan penting bagi
pertumbuhan tanaman. Seperti nematoda yang dapat membuat tanaman menjadi sakit dan dalam
pertumbuhannya tanaman tidak bisa hidup tumbuh dengan normal. Tetapi, nematoda
tersebut perlu kita ketahui bagaimana morfologi dan bagaimana cara nematoda
tersebut hidup di dalam tanah serta aktifitasnya. Bakteri juga termasuk
mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Bakteri mempunyai peranan dapat
menyebabkan busuk akar pada tanaman, serta sebagian bakteri juga berfungsi
untuk pertumbuhan tanaman.
Dengan pembuatan preparat maka
memudahkan dalam mempelajari morfologinya sehingga mengetahui apakah mikroorganisme tersebut merupakan
patogen penyebab penyakit atau tidak dan masih berbagai
kepentingan lain. Pada praktikum ini praktikan akan membuat
preparat awetan nematoda dan jamur. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pembuatan
preparat awetan nematoda, diantaranya adalah memancing nematoda, membius,
membunuh, fiksasi dan membuat preparat awetan. Sedangkan pada preparat awetan
jamur dapat membuat suatu biakan murni jamur dan membuat preparat awetan
serangga tanah ada dua macam yaitu preparat awetan kering dan basah, namun yang
mudah untuk digunakan adalah preparat awetan basah. Oleh karena itu, hal yang
ingin dicapai dari pembuatan preprata ini adalah meneliti secara lebih detail
lagi tentang anatomi nematoda dan jamur serta serangga tanah.
1.2.Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara membuat preparat awetan nematoda dan jamur.
2. Untuk
mengetahui fungsi dari awetan jamur dan nematoda.
3. Untuk
mengetahui teknik mudah memancing nematoda.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Preparat ada 2 macam yaitu preparat awetan dan preparat
basah. Preparat awetan dikerjakan pada waktu melakukan praktikum mikroteknik
tumbuhan dan preparat yang dihasilkan dapat disimpan cukup lama. Preparat basah dilakukan pada waktu
praktikum struktur mikroorganisme dan preparat yang dihasilkan tidak dapat tersimpan lama (Dwidjoseputro,1989)
Preparat dibuat dengan cara
sebagai berikut: cendawan yang akan diidentifikasi diambil dengan menggunakan
jarum probes. Sebelumnya object glass diberi setetes lactofenol blue,
kemudian cendawan diletakkan di dalam tetesan lactofenol blue. Setelah
itu, ditutup dengan cover glass (sampai tidak terbentuk gelembung
udara). Agar preparat kedap udara, pinggiran cover glass diberi kutek
bening dan di panaskan dengan hot plate selama 2-3 hari. Preparat yang
sudah selesai dibuat, diberi label sesuai dengan identitas cendawan yang di
dalamnya. Pada edisi ini akan dibahas beberapa koleksi preparat cendawan yang
berhasil didapat pada pengujian benih Kedelai di tahun 2008. Beberapa cendawan
yang berhasil dikoleksi preparatnya adalah Fusarium oxysporum, Mucor sp.,
Phomopsis sojae, Cladosporium sp. dan Rhizopus sp. Berikut
ini adalah ciri-ciri cendawan tersebut Phomopsis
sojae Piknidia pada benih biasanya hanya
satu atau dalam kelompok. Memiliki ostiol yang besar dan beberapa
piknidia terlihat dengan oose dari piknidiospora yang basah. Piknidiospora
terdiri atas dua tipe, alpa dan beta. Alpa berbentuk fusoid sampai
elips, sangat jarang ditemukan. Sementara itu, beta berbentuk filiform,
seperti kurva dan jarang yang lurus (Dwidjoseputro,1989).
Untuk mengamati sel-sel yang terdapat pada Rhoeo discolor
biasanya kita menggunakan preparat basah karena untuk saat ini tumbuhan
tersebut masih dapat kita jumpai di berbagai tempat. Preparat basah merupakan
preparat yang paling praktis membuatannya daripada preparat awetan karena dalam
pembuatan relative mudah. Akan tetapi terdapat kekurangan mengenai preparat ini
yaitu penggunaannya tidak dapat digunakan dengan berulang kali. Meskipun
preparat basah merupakan preparat yang praktis dalam pembuatannya, kita juga
memerlukan beberapa taktik untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang kita
inginkan, seperti sayatannya harus tipis, tidak terdapat gelembung antara
reagen dan object diantara cover glass dan object glass. Juga preparat basah
ini harus dijaga dengan baik supaya cover glass tidak bergerak yang
mengakibatkan adanya gelembung pada object atau cover glass tersebut lepas dari
object glass. Dalam pembuatan preparat diperlukan reagen yang terdiri dari
berbagai macam reagen tergantung kebutuhannya (Saryono, 2002).
Nematoda
adalah cacing halus yang hidup sebagai saprofit di dalam air dan tanah, atau
sebagai parasit pada tanaman dan hewan. Nematoda yang hidup sebagai parasit
pada tanaman memiliki stilet yang berfungsi untuk mengisap sel-sel tanaman
sehingga fungsi fisiologi tanaman terganggu. Saat ini, nematoda parasit
dilaporkan telah merusak berbagai tanaman pertanian di seluruh dunia, baik di
daerah tropis maupun subtropis. Kehilangan hasil akibat serangan nematoda di
seluruh dunia mencapai US$80 miliar/tahun. Meskipun demikian, di Indonesia,
kerusakan tanaman karena nematoda parasit kurang disadari baik oleh petani
maupun petugas yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini mungkin disebabkan
gejala serangan nematoda sulit diamati secara visual karena ukurannya sangat
kecil. Selain itu, gejala serangan nematoda berkembang sangat lambat dan tidak
spesifik, mirip atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air atau
kerusakan akar dan pembuluh batang. Gejala serangan nematoda pada tanaman tidak
drastis, bahkan sering tertutup oleh gejala serangan hama atau penyakit lain
yang lebih spesifik dan mudah dibedakan. (Supriadi, 2008).
Sampel tanah dari sistem perakaran tanaman yang diduga
terserang penyakit, misalkan diakibatkan oleh nematoda sangat diperlukan untuk
keperluan diagnostik maupun koleksi nematoda. Apabila di dalam suatu kelompok
pertanaman dijumpai adanya gejala botak-botak (patchy symptom),
dianjurkan agar tanah diambil dari area yang terserang dan juga dari area yang
diduga tidak terserang sebagai pembanding. Dianjurkan untuk mengambil sampel
tanah yang kondisinya lembab. Hal tersebut dikarenakan tanah kering dimana
nematoda-nematoda dorman yang biasanya terdapat di dalamnya akan rusak pada
saat pengambilan sampel atau pada penanganan selanjutnya(Subandi, 2009).
Sampel tanah disimpan di dalam kantong plastik dan
dipertahankan agar suhunya tetap sejuk selama dalam perjalanan. Sampel tanah
sedapat mungkin segera diproses. Sampel tanah yang tidak dapat segera diproses
dapat disimpan di dalam lemari pendingin. Walaupun demikian, agar diperhatikan
bahwa tidak semua jenis nematoda dapat disimpan ditempat yang dingin. Terdapat
beberapa macam cara untuk mendapatkan nematoda dari dalam sampel tanah maupun
dari jaringan tanaman. Nematoda-nematoda yang bergerak aktif dapat diekstraksi
dengan menggunakanmetode Whitehead tray atau Baermann funnel.
Kedua metode ini sudah barang tentu memberikan hasil yang kurang memuaskan jika
digunakan untuk mengekstraksi nematoda yang bergerak lamban atau nematoda yang
ukuran tubuhnya besar (Subandi, 2009).
Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau
eukariotik, berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding
selnya mengandung khitin atau selulosa ataukeduanya, heterotrof, absortif dan
sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan
generatif yaitu spora. Tubuh jamur
tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentukjaringan yang
disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari
dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik (Saryono, 2002).
BAB 3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Pembuatan
Preparat Awetan Nematoda dan Jamur dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 07.00 WIB sampai dengan selesai.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanah
2. Alkohol
3. Air
4. Laktofenol
5. Kutek
3.2.2 Alat
1. Cawan
petri
2. Tabung
reaksi
3. Bunsen
4. Erlenmeyer
5. Media
DPA
6. Media
NA
7. Degglas
8. Glasswoll
9. Plong
3.3
Cara
Kerja
3.3.1 Membuat Preparat Awetan Nematoda
1. Mengumpulkan
beberapa awetan nematoda yang telah difiksasi dan masukkan kedalam gelas arloji
atau cawan petri yang telah berisi laktofenol panas (65-70o C) dan
diberi zat pewarna (asam fukhsin, cotton blue dan lain-lain).
2. Membuat
lingkaran parafin pada gelas benda, tetesi laktofenol secukupnya (1-2 tetes),
memberi glasswoll pada tiga sisi sebagai penyanggah agar nematoda tidak pipih.
3. Memindahkan
nematoda dengan pancing dan menempatkan ditengah-tengah parafin dalam
laktofenol.
4. Menutup
dengan kaca penutup.
5. Memanaskan
diatas lempeng pemanas atau lampu bunsen beberapa detik untuk menccairkan
parafinnya dan lekatkan dengan lem atau lak kuku.
6. Masukkan
kedalam lempeng preparat yang terbuat dari lempeng aluminium, jepit dengan
karton.
7. Memberi
etiket tentang nama spesies, nama kolektor, tempat dan lain sebagainya. Maka
preparat awetan telah selesai.
8. Menyimpan
dalam kotak preparat (ada yang terbuat dari kayu, plastik ataupun seng).
3.3.2 Membuat Biakan Murni Jamur
1. Mengambil
cawan petri yang berisi beberapa bentuk dan warna hifa/miselium jamur dari
hasil isolasi jamur pada praktikum sebelumnya, kemudian tempatkan didalam
laminar air flow.
2. Mengamati
jamur-jamur yang tumbuh.
3. Mengambil
satu macam jamur dengan menggunakan jarum preparat atau jarum ose steril (telah
dipanasi beberapa detik diatas lampu bunsen).
4. Membuka
kapas pada media agar miring dan ujungnya dipanasi dengan menggunakan lampu
bunsen.
5. Menggores
hasil nomor tiga pada media agar miring didalam laminar flow.
6. Menutup
kembali media agar miring dengan kapas. Menyimpan dalam laminar flow. Hasilnya
adalah biakan murni jamur.
3.3.3 Membuat Preparat Awetan Jamur
1. Mengamati
dengan seksama jamur yang tumbuh setelah kurang lebih 4-7 hari dari pembuatan
biakan murni.
2. Mengambil
hasil tumbuh jamur dalam media agar miring (biakan murni jamur), bisa sporanya,
miseliumnya, atau gabungan keduanya untuk selanjutnya dijadikan preparat awetan
jamur.
3. Mengambil
dengan jarum preparat atau jarum ose steril hasil tumbuh jamur dalam media agar
miring (biakan murni jamur) lalu tempatkan diatas gelas benda (objek gelas)
yang berisi larutan laktofenol dalam lingkaran parafin. Mengamati dibawah
mikroskop bentuk jamurnya apakah bagus atau layak untuk dijadikan preparat
ataukah tidak.
4. Menutup
dengan cover slip (deck glass) apabila sudah dirasa bagus dan layak.
5. Memanaskan
diatas lempeng pemanas atau lampu bunsen agar parafinnya mencair.
6. Meletakkan
dengan lem atau lak kuku.
7. Memasukkan
kedalam lempeng aluminium, jepit dengan karton, memberi etiket secukupnya,
menempatkan pada kotak preparat.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil pengamatan
Tabel pengamatan
isolasi jamur golongan E
klpk
|
Foto
|
Foto
mikroskop
|
Literatur
|
Keterangan
|
1
|
|
|
|
Nama: Aspergillus
Niger
Warna: Hitam |
2
|
|
|
|
Nama: Trichoderma
spp
Warna: hijau |
3
|
|
|
|
Nama: Fusarium
Sp
Warna: Putih
Ket :
Kontaminan
|
4
|
|
|
|
Nama: Fusarium
Sp
Warna: Putih
Ket :
Kontaminan
|
Tabel
pembuatan preparat awetan nematoda golongan E
klpk
|
Gambar
|
Mikroskop
|
Literatur
|
Keterangan
|
1
|
|
|
|
Nama:
Meloidogyne spp.
|
2
|
|
|
|
Nama:
Meloidogyne spp
|
3
|
|
|
|
Nama:
Meloidogyne
spp
|
4
|
|
|
|
Nama:
Meloidogyne
spp
|
4.2. Pembahasan
Dalam
membuat biakan murni yang kita lakukan, dengan bertujuan mendapatkan bentuk dan
warna dari hifa atau miselium jamur dari hasil isolasi pada praktikum yang kami
lakukan. Hasil dari praktikum dan pengamatan yang kami lakukan dengan membuat
preparat biakan murni jamur, dihasilkan 4 jenis jamur. Semua jenis-jenis jamur
yang diperoleh dapat diketahui nama-namanya setelah dilakukan perbandingan
dengan literature yang ditemukan. Pada praktikum ini, semua hasil yang terdapat
oleh masing-masing kelompok selama percobaan berlangsung telah difoto.
Foto-foto yang terdapat tersebut yang telah ditampilkan diatas pada table
hasil. Berdasarkan hasil yang terdapat ini, pada hasil pengamatan jamur
kelompok 1 didapat jamur Aspergillus niger dimana jenis jamur ini
merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa
berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Koloninya berwarna putih pada
Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia
dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah
menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur. Ada
pun peran yang sangat menguntungkan dari jenis jamur ini yaitu dapat digunakan
sebagai model fermentasi, digunakan secara komersial dalam produksi asam
sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase,
amiloglukosidase, dan selulase, menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa
fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat
untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan. Kemudian untuk
kelompok 2 mendapatkan jamur Trichoderma,
pada
media yang nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media
yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat
terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Trichoderma spp. Jamur tersebut menjadi salah
satu jamur yang bersifat saprofit, atau menguntungkan bagi tanaman inangnya.
Hal tersebut dikarenakan hifa dari jamur Trichoderma
tersebut mampu menjerat nematoda patogen, sehingga membantu tanaman terbebas
dari serangan nematoda parasit yang bersifat merugikan. Nematoda parasit dapat
dijerat oleh hifa Trichoderma dikarenakan pergerakan nematoda parasit
sangat lambat sehingga hifa jamur mudah untuk menjerat. Selanjutnya
untuk kelompok 3 dan 4, didapatkan hasil yang sama yaitu pertumbuhan jamur
dengan warna putih susu yakni Fusarium
sp. Jamur Fusarium sp dikenal sebagai salah satu
jamur yang menguntungkan, hal tersebut dikarenakan Fusarium merupakan jamur
yang tumbuh pada tempe, tanpa adanya proses dari simbiosis jamur Fusarium, pembuatan tempe tidak akan
berhasil.
Setelah pelaksanaan praktikum ini, dilakukan
inkubasi selama 24jam. Dari hasil inkubasi ini, dapat diketahui adanya
kontaminasi mikroorganisme. Kontaminasi tersebut hanya terjadi pada kelompok 3
dan kelompok 4, sedangkan yang lain tidak. Banyak factor yang dapat menyebabkan
adanya kontaminasi, salah satunya adalah penggunaan alat-alat yang tidak
dibersihkan terlebih dahulu atau tidak disterilkan, pembersihan ini dapat
dilakukan dengan mudah yaitu dengan menggunakan bahan seperti alcohol dan lain
sebagainya. Keadaan bersih atau tidaknya alat-alat yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh dan seharusnya dalam pelaksanaan
praktikum hal ini diperhatikan oleh praktikan karena dalam hal mikroorganisme
kondisinya semua bahan dan alat sangat sensitive karena dua-duanya itu saling
berhubungan langsung dengan mikroorganisme yang kasat mata. Kemudian,
kontaminasi juga dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam pelaksanaan tahap-tahap
isolasi. Pelaksanaan percobaan terutama dalam halnya mikroorganisme seharusnya
dilakukan dengan langkah kerja secara berurutan karena apabila satu langkah pun
terlewati ataupun tertinggal, maka hasil yang diperoleh nantinya akan tidak
meyakinkan. Selain kesalahan dalam langkah kerja dan penggunaan peralatan yang
tidak steril, penggunaan alat-alat seperti masker, jas lab dan lain sebagainya
juga dapat mengakibatkan kontaminasi. Alat-alat tersebut sangat menentukan
kualitas hasil dalam pelaksaan praktikum karena pernafasan serta sentuhan
praktikan juga dapat membawa mikroorganisme dari luar masuk ke dalam media yang
sedang diamati sehingga akan menyimbulkan infeksi juga.
Setelah
melakukan inkubasi, hasil yang terdapat sangat dipengaruhi oleh beberapa
factor. Kesempurnaan pertumbuhan koloni yang terdapat dapat disebabkan oleh
cara pelaksanaan percobaan, yaitu langkah kerja sesuai dengan petunjuk tertentu.
Apabila hasil tidak menyenangkan, yang dimaksud dengan ketidak adanya
perubahan, hal tersebut dikatakan biakan tidak tumbuh. Hal ini terjadi
dikarenakan oleh beberapa factor, misalnya komposisi atau takaran media tidak
sesuai dengan mikroorganisme yang akan di tumbuhkan pada media tumbuh tersebut.
Berdasarkan praktikum
ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri
diantara lain yakni penumbuhan bakteri pada media biakan murni tegak dan biakan
murni miring. Dalam pembuatan preparat biakan murni jamur dilakukan dengan
bertujuan untuk mendapatkan satu spesies dalam satu wadah media atau kultur.
Langkah-langkah pemurnian biakan murni adalah sebagai berikut, koloni dengan
karakter morfologi tertentu (koloni tunggal) dapat dipisahkan satu dengan
lainnya dengan cara mengambilnya dengan ose (diusahakan koloni yang berjauhan).
Kemudian digoreskan pada media nutrien agar atau medium agar pemurnian yang
lain. Pengambilan dengan ose dapat
memisahkan koloni tunggal dengan yang lainnya. Untuk memurnikan kapang, ambil
koloni dengan karakter morfologi tertentu dengan cara mengambilnya dengan jarum
enten kemudian menaruhnya pada satu titik media PDA pada cawan petri. Jarum ose
dan jarum enten yang digunakan untuk memindahkan sedikit biakan bakteri dan
kapang ke gelas obyek harus disterilisasi dengan cara dipanaskan diatas lampu
bunsen agar terbebas dari mikroba (steril), begitu pula dengan bibir cawan
petri tempat koloni fungi.
Medium buatan berfungsi
sebagai medium pertumbuhan biakan murni bakteri. Pada medium bakteri dapat
tumbuh dan berkembang biak. Inkubasi dilakukan pada suhu 300C (jika tergolong
mikroba mesofil) dengan lama inkubasi 24 jam untuk bakteri dan paling sedikit
3x24 jam untuk kapang. Perbedaan waktu inkubasi adalah karena waktu pertumbuhan
dan perkembangbiakkan antara bakteri dan kapang berbeda. Inkubasi dilakukan
untuk memberikan suasana yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan bakteri
dan kapang hingga terbentuk koloni. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan
terbalik. Hal ini dilakukan agar untuk mencegah kondensasi menitis dari bawah
ke atas permukaan agar yang dapat memfasilitasi pergerakan organisme antara
koloni.
Penyimpanan biakan murni menggunakan teknik
agar miring yang berisi media Potato Dextrose Agar (PDA) untuk kapang serta
Nutrien Agar (NA) untuk bakteri. Pada teknik ini, agar didinginkan dalam kedaan
miring untuk memperoleh luar permukaan yang lebih besar sehingga koloni yang
berkembeng diharapkan lebih banyak. Tujuan utama preservasi, yaitu mereduksi
atau mengurangi laju metabolisme sekecil mungkin dengan tetap mempertahankan
viabilitas (daya hidupnya) ciri-ciri genetiknya tetap stabil dan tidak berubah
dan memelihara sebaik mungkin biakan, sehingga diperoleh angka perolehan
(recovery) dan kehidupan (survival) yang tinggi dengan perubahan ciri-ciri yang
minimum. Caranya hampir sama dengan pemurnian biakan, yaitu dengan mengambil
sedikit koloni bakteri dengan menggunakan jarum enten kemudian menaruhnya pada
media NA yang telah disediakan, sedangkan untuk kapang pada bagian tengah
Potato Dextrose Agar (PDA) dalam tabung reaksi. Sterilisasi mulut tabung reaksi
dilakukan dengan melewatkan mulut tabung pada api bunsen. Hal ini dilakukan
sebelum dan sesudah menginokulasikan biakan. Kemudian dilakukan inkubasi ke
dalam inkubator dan diamati bentuk koloni yang tumbuh. Inkubasi dilakukan untuk
memberikan suasana yang memungkinkan (optimal) untuk pertumbuhan kapang hingga
terbentuk koloni.
Dari
kedua metode tersebut, entah metode biakan murni tegak entah metode biakan
murni miring sama-sama mempunyai kelebihan serta kekurangan masing-masing
dimana pada media biakan murni tegak memiliki kelebihan yakni luas permukaan
media agar lebih sempit, dibandingkan dengan metode biakan murni miring, hal
tersebut menjadikan biakan murni tegak lebih bersifat meminimalisir kemingkinan
terjadi kontaminasi dari luar. Hal ini dikarenakan pada metode biakan murni
tegak selain permukaan media yang lebih sempit, akan tetapi juga menjadikan hal
tersebut lebih sukar untuk dikontaminasi bakteri lain dari luar. Sedangkan
untuk biakan murni miringyakni memiliki kelebihan lebih mudah untuk dilakukan
isolasi dibandingkan dengan menggunakan metode biakan murni tegak, akan tetapi
hal tersebut akan menjadikan kemungkinan kontaminasi dari luar semakin besar.
Selain itu jika menggunakan biakan murni miring, bakteri atau koloni bakteri
yang ditumbuhkan didalam media lebih banyak.
Dalam
kegiatan memancing nematoda, setelah melakukan ekstraksi isolasi nematoda
dimana suspensi nematoda telah dimasukkan kedalam botol dan disimpan didalam
pendingin. Memnacing nematoda dilakukan dengan menggunakan bambu atau lidi yang
runcing. Cara pertama yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan mikroskop
terlebih dahulu. Setelah itu meletakkan diatas meja preparat dan kemudian
suspensi nematoda yang telah disediakan diletakkan dimeja bawah lensa objektif.
Mengatur lensa mikroskop dengan kemampuan mata masing0masing pengamat. Kemudian
menggerakkan nematoda dengan menggeser wadah tersebut. Setelah sasaran
terlihat, maka arahkan pancing tersebut ke nematoda. Kemudian angkat nematoda
sedikit demi sedikit dengan diikitui penyesuaian lensa, selanjutnya mengangkat
lagi sampai nematoda tersebut terangkat sampai ke permukaan air.
Kendala
yang kami dapatkan dalam melakukan pembuatan preparat awetan nematoda adalah
cara yang terlalu panjang dan juga membutuhkan ketelitian dan kehati hatian
dalam melakukan. Apabila kita telah membuat awetan preparat yang sudah jadi,
belum tentu awetan preparat tersebut ada nematoda didalamnya. Apabila dalam
awetan preparat yang kita lakukan tidak ada nematodanya, kita harus mengulang
langkah awal dan membuat lagia awetan preparat yang baru sampai ada nematoda
didalamanya saat pengamatan dibawah mikroskop. Setelah itu langkah pemancingan
nematoda pun juga membutuhkan ketelitian dalam melakukan pemancingan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat preparat awetan nematoda bahwa tubuh nematoda sangat
rapuh sehingga mudah rusak jika tidak ditangani dengan benar. Membuat
awetan preparat nematoda sangat mebutuhkan waktu dan tenaga yang harus
benar-benar dipersiapkan.
Mikrofauna
termasuk nematoda di rhizosphere memainkan peranan yang penting dalam
menghasilkan nutrien yang berharga bagi tanaman, mengakumulasi dan stabilisasi
karbon organik tanah, efek hormon, keanekaragaman mikroba dan stabilitas fungsi
interaksi multitrofik diatas tanah, dan bioremediasi dari tanah yang
terkontaminan. Fungsi dari Nematoda pemakan bakteri dan fungi adalah melepaskan
unsur N, P, S, dan mikronutrien yang akan berharga bagi tanaman. Nematoda ini
juga akan menhambat kemampuan nematoda pemakan akar dalam menemukan akar. Jika
jenis ini melimpah maka siklus nutrien akan lebih banyak.
Tanah yang baik mengandung 5 sampai 500 nematoda per sendok teh. Nematoda di tanah memiliki kisaran ukuran dari 0,25 sampai 5,5 mm. Seekor nematoda pemakan bakteri mengkonsumsi kira-kira 100 bakteri perhari, dan nematoda pemakan fungi akan memakan 80 kaki panjang hifa per hari. Nematoda membutuhkan nitrogen dan nutrien lainnya lebih sedikit daripada bakteri dan fungi, sehingga kelebihannya dikeluarkan dan menjadikan nutrien ini berguna bagi tumbuhan. Kompos yang diolah dengan baik akan mengandung nematoda yang menguntungkan
Tanah yang baik mengandung 5 sampai 500 nematoda per sendok teh. Nematoda di tanah memiliki kisaran ukuran dari 0,25 sampai 5,5 mm. Seekor nematoda pemakan bakteri mengkonsumsi kira-kira 100 bakteri perhari, dan nematoda pemakan fungi akan memakan 80 kaki panjang hifa per hari. Nematoda membutuhkan nitrogen dan nutrien lainnya lebih sedikit daripada bakteri dan fungi, sehingga kelebihannya dikeluarkan dan menjadikan nutrien ini berguna bagi tumbuhan. Kompos yang diolah dengan baik akan mengandung nematoda yang menguntungkan
Nematoda parasitik biasanya dapat
dijumpai di dalam tubuh inang. Nematoda parasitik tanaman dapat menyerang
bagian tanaman sesuai dengan sifat parasitasi nematoda itu sendiri. Ada yang
bersifat ektoparasit, endo parasit ataupun ekto-endo parasit. Bagian tanaman
yang terserang dapat berupa akar, batang, daun, dan bahkan pada bagian biji.
Gejala dan tanda serangan nematoda pada tanaman dapat dilihat pada bagian
tanaman yang berada di atas tanah maupun yang berada di dalam tanah. Nematoda
parasit tanaman dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen. Hal ini akan menyebabkan tanaman puso dan
petani gagal panen. Nematoda yang
menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik
yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan
ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang.
Selain itu, ada juga Jenis nematoda yang saprofit sangat menguntungkan karena
mempercepat proses tanaman yang telah mati menjadi tanah.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
·
Jamur yang berada di dalam tanah meiliki
bermacam-macam jenis dan masing-masing jenis ini mempunyai fungsinya
sendiri-sendiri juga.
·
Banyak hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan praktikum ini sehingga tidak terjadi kontaminasi, misalnya
peralatan harus disterilkan
·
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menumbuhkan bakteri, yakni metode biakan murni tegak dan metode biakan murni
miring
·
Tujuan pembuatan preparat awetan adalah
untuk memudahkan dalam identifikasi mikroorganisme.
·
Tahapan
dalam pembuatan preparat jamur lebih sederhana dan lebih mudah dibandingkan
dengan pembuatan preparat awetan nematoda.
5.2.
Saran
Pada praktikum pembuatan preparat nematoda
diusahakan harus mengatur hari dan waktu untuk praktikum sehingga praktikum
sesuai waktu akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,
D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang:
Djambatan Press.
Endang
Purwaningsih dan Awal Riyanto. 2011. Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra
kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea:
Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995)
Di Sulawesi Tengah, Indonesia. Biologi Indonesia. 7(1): 45-52.
Retno Djiwanti
dan Supriadi. 2008. Determinasi Nematoda Parasit Aphelenchoides sp. Penyebab
Penyakit Hawar Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Littri. 14(2):
61-66.
Saryono, dkk.
2002. Isolasi Dan Karakterisasi Jamur Penghasilinulinase yang Tumbuh Pada Umbi
Dahlia (Dahlia variabilis). Natur Indonesia. 4(2): 141-147.
Subandi. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Erlangga.