Wednesday 24 April 2013

PEMBUATAN MEDIA SUBSTRAT DAN NON SUBSTRAT UNTUK HIDROPONIK

UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM HORTIKULTURA
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                               : RANDRIANATENAINA
KELAS KEL                                    : E / 1
ACARA                                             : PEMBUATAN MEDIA SUBSTRAT
DAN NON SUBSTRAT UNTUK
HIDROPONIK
TANGGAL PRAKTIKUM                        : 14 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         :
ASISTEN                                           : 1. LAILY ILMAN W.
                                                              2. NURHALIMAH
                                                              3. ARIS SUSANTO
                                                              4. RISKY MAULANA A.
                                                              5. ANNA SOFIANA
                                                              6. ENGGAR WELLY A.
                                                              7. RAHMAT KURNIAWAN
                                                              8. REKYAN LARASATI
                                                              9. DERIE KUSUMA B. N.
                                                              10. SITI NURWAHYU T. N.








BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Pada masa sekarang ini, bidang pertanian semakin hari semakin maju untuk menyelasaikan masalah-masalah yang telah muncul. Salah satu dari masalah tersbut adalah lahan pertanian. Lahan pertanian pada masa sekarang ini semakin sempit disebabkan oleh kemajuan teknologis juga, lahan digunakan untuk bangunan, tempat hiburan, dan lain-lainnya. Padahal, Pemerintah di Negara Indonesia sudah menyadari bahwa hampir 90% dari masyarakat adalah petani, jadi ketika lahan pertanian dipakai untuk hal-hal lainnya, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya mereka. Berkaitan dengan masalah tersebut, dengan kemajuaannya teknologi pertanian maka ada sebuah solusi muncul untuk dapat membantu situasi pertanian kita. Dikarenakan oleh sempitnya lahan pertanian maka solusi ini berupa system tanam, lebih tepatnya media non tanah. Media ini berupa udara, air, pasir, arang sekang dan lain sebagainya.
Hidroponik berasal dari bahasa yunani yaitu hydroponous. Lebih dalam lagi, hydro yang berarti air dan ponous berarti kerja. Jika diartikan secara umum, hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan nutrisi, oksigen dan terutama air. Disebabkan oleh kemajuan teknologi pertanian, semakin hari, hidroponik juga semakin berubah. Dengan demikian, telah ditemukan rupanya seperti pot, sperti kerikil sintesis dan lain-lainnya.
Dalam metode hidroponik, tanaman yang mau diusahakan ditumbuhkan dalam larutan nutrisi tanpa media tanah. Menurut berbagai teori dalam bidang sains, sudah telah terbukti oleh adanya media hidroponik bahwa untuk menumbuhkan tanaman, media tanah tidak diperlukan, kecuali mineral, unsur-unsur dan zat-zat makanan yang berada di dalam tanah. Dalam media tanah, sudah tentu adanya hama dan penyakit jadi dengan penggunaan media tanpa tanah berarti juga hama dan penyakit tersebut sudah telah tereliminasi.
Adapun fasilitas yang didapat dalam penggunaan larutan hidroponik, yaitu adanya zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman dengan perbandingan yang tepat, sehingga aksetuensinya tanaman berkurang, tanamannya cepat berkembang dan kualitas panen tidak mengecewakan. Selain itu, ada pula fungsinya media tanam hidroponik, yaitu sebagai pendirinya tanaman supaya tidak runtuh dan juga sebagai pembawanya cairan unsur hara. Dengan adanya beberapa jenis media tanam yang dapat digunakan seperti arang, pasir, sabut kelapa dan lain sebagainya, pengusaha harus berhati-hati dalam pemilihan media yang akan digunakan untuk suatu tanaman tertentu. Media tanam yang akan digunakan harus sesuai dengan tanaman yang akan diusahakan.

1.2.Tujuan
Mahasiswa mengerti dan memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair dan padat untuk budidaya system hidroponik.










BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Hidroponik mempunyai banyak metoda dalam cara bertanam. Penerapannya dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan ekonomis maupun kapasitas lingkungan yang berada di setiap orang yang ingin mengusahanya. Sejak 45 tahun yang lalu, metoda bercocok tanam hidroponik ini telah berkembang. Dengan demikian macam kategori bercocok tanam telah mucnul. Salah satunya adalah metoda yang menggunakan air, yiatu menanam tumbuh-tumbuhan dalam air yang berisi larutan zat makanan. Ada juga metoda yang menggunakan pasir, yaitu tumbuh-tumbuhan ditanam pada pasir yang telah disterilkan, ke dalamnya ada kumpulan air dan juga larutan zat makanan. selain itu, ada pula metoda yang disebut metoda agregasi, dasarnya adalah mengganti media pasir dengan serentetan material , misalnya kerikil (Chris Kovach, 2008).
Hidroponik, secara umum merupakan system budidaya pertanian yang menggunakan air berisi larutan nutrient sebagai media tanam tanpa menggunakan tanah. Media lainnya terdapat dalam rupa gaabus, pasir, kerikil, zeolite, arang. Biasanya, media tersebut merupakan media steril, dengan arti lain media yang bebas dari unsur hara. Dengan demikian untuk kebutuhan tanaman akan unsur hara, itu dapat diselesaikan dengan penyiraman secara manuala ataupun dengan unsur haranya dialirkan ke dalam media melalui pipa. Penggunaan larutan yang berisi nutrient atau pupuk hidroponik dapat diselesaikan dengan mendistribusikan larutan tersebut kepada media dengan jalan jaringan mikro irigasi, yaitu larutannya diteteskan ke media tanaman dan langsung diserap. Hal tersebut merupakan hal yang irreversible atupun tidak bisa kembali lagi. Media hidroponik tdak memiliki zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Berdasaran jenis-jenis tanaman yang akan diusahakan, media tanam hidroponik sangat membutuhkan pemberian larutan nutrien secara permanen. Mengenai irigasi tanaman, pengairannya dapat diterapkan dalam dua system, yaitu system genangan air dan system pengaliran air. System genangan air merupakan suatu system yang intinya adalah memasukkan air pada pot dengan ukuran ketinggian air yang tidak melebihi dari tingkat akar, hal ini sangat penting diperhatikan agar akar tanaman tidak busuk. Adapun kelemahan yang terdapat dari system genangan air ini, yaitu terjadinya presipitasi nutrient dibawah (Ahmad Said, 2006).
Pada media tanah, pemupukan dilaksanakan secara menabur pupunya langsung ke tanah tempat bibit yang akan ditanam. Sedangkan, pada system hidroponik, pemberian pupuk dilaksanakan dalam bentuk larutan atau juga dengan istilah nutrient. Baik tanaman di media tanah maupun tanaman hidroponik membutuhkan kandungan unsur hara yang hampir sama. Unsur hara tersebut berasal dari unsur mikro yaitu Zn, Cu, Mo, Mn dan Fe, dan juga unsur makro seperti Ca, Mg,dan N,P,K (Howard, 2009).












BAB 3 METODOLOGI
3.1  Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 Maret 2013 dari jam 07:30 sampai 09:15 di lab Hortikultura, Faperta UNEJ.
3.2  Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
·         Pot plastic
·         Pipa paralon
·         Gelas ukur
·         Cetok/alat pengaduk
·         Penggaris
3.2.2 Bahan
·         Larutan nutrisi A, B mix
·         Pupuk gendasil B
·         Pupuk NPK, urea, KCL dan SP-36
·         Arang sekam dan pasir
3.3. Cara kerja
1.      Menyapkan media padat dengan formulasi dari arang sekam dan pasir steril dalam perbandingan (50%:50%) dan memasukkan media tersebut ke dalam pot plastic yang telah disediakan dengan berat total media 5kg per pot.
2.      Menyapkan media cair hidroponik system NFT dengan menggunakan bak atau talang paralon yang telah disediakan dengan volume air sesuai kebutuhan
3.      Menyapkan larutan nutrisi A B Mix dan SP-36
4.      Menyapkan nutrisi Gandasil B, Insektisida dan Fungisida
5.      Menambahkan semua larutan nutrisi poin 3, 4 dan 5 pada media padat dan cair yang telah disiapkan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik hidroponik sendiri diterjemahkan sebagai budidaya tanaman dengan menggunakan media air atau media yang mudah menyerap nutrisi lainnya, ditambah pemberian nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan upaya pengendalian oleh pemeliharanya. Oleh karena itu, sebenarnya teknik bertani atau bercocok tanam ini dapat dikaitkan dengan teknik lain. Namun demikian teknik ini harus tetap melakukan aturan atau petunjuk yang telah ada dalam teknik tersebut. Dalam teknik hidroponik, ada beberapa media tanam yang dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman. Media tanamnya bukan hanya terbatas pada air saja tetapi juga dapat melalui kultur agregat maupun nutrient film technique atau biasa disebut dengan NFT. Tak jarang bertanam hidroponik dijadikan hobi pengisi waktu luang bagi sebagian orang. Bahkan tak sekedar hobi, ada juga kemudian yang melanjutkan hingga menjadi bisnis. Hidroponik biasa digunakan untuk menanam sayur dan buah. Bahkan beberapa tanaman sayur dan buah telah umum ditanam secara hidroponik. Sebut saja paprika, timun mini, tomat, dan sayuran hijau. Bertanam secara hidroponik terdapat lebih banyak keuntungannya dibandingkan dengan bertanam secara konvensional, antara kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang cukup, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ergonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan. Di sisi lain, kelemahan utama sistem hidroponik, relatif terhadap konvensional membuka-bidang Pertanian, adalah tingginya Biaya modal dan input energi, dan tingkat tinggi keterampilan manajemen yang dibutuhkan untuk produksi sukses. Biaya modal mungkin sangat berlebihan jika struktur secara artifisial dipanaskan dan didinginkan. Inilah sebabnya mengapa tanaman yang tepat terbatas pada mereka dengan nilai ekonomi tinggi seperti tomat.
Pada hidroponik dengan media padat terdapat kelebihan dan kekurangan pada masing–masing media yang digunakan. Pada media pasir, keuntungannya ialah sebagai media alternative yang dapat menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam. Di samping itu, terdapat juga kekurangannya media pasir. Dikarenakan oleh pori-pori yang berukuran besar maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Pada media sekam, banyak juga fasilitas serta keuntungan yang terdapat darinya. Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Sekam bakar memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Akan tetapi, media sekam bakar mempunyai kekurangan juga yaitu cenderung mudah lapuk sehingga kandungan hara menjadi tidak konstan.
Untuk media bokasi, Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. Di samping itu, kekurangan media ini ialah Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.
Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal. Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.


Nutrisi Hidroponik ini mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang berupa hara makro N, P, K, Mg, Ca dan S maupun hara mikro Fe, Mn, Zn, B, Cu dan Mo. Adapun H, C dan O didapat dari udara dan air. Karena Media Tanam Hidroponik tidak menggunakan tanah, maka peran nutrisi Sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komposisi menggunakan garam-garam mineral yang larut dalam air secara sempurna sehingga tidak menyebabkan drip irigasi tetes tersumbat. Dikemas dalam kantong plastic sehingga mudah dalam transportasi. Satu set Nutrisi Hidroponik terdiri dari dua bagian yaitu bagian A dan bagian B. Pada bagian A terkandung Calcium dan pada bagian B terkandung Phosphate dan Sulfate. Dalam keadaan pekat (yang berupa larutan Stok) Calcium tidak boleh bercampur dengan Phosphate atau Sulphate, oleh sebab itulah ada bagian A dan bagian B. Untuk bagian A, nutrisi ini dapat digunakan untuk tanaman sayuran daun seperti kangkung, selada, sawi dan lain sebagainya. Dengan demikian, nutrisi ini sangat berperan dalam pertumbuhan serta perkembangan jenis tanaman tersebut, yaitu menjadikan tanaman cepat tumbuh dan daun berukuran besar, memperbanyak jumlah daun, memperkuatkan tanaman terhadap penyakit, memberikan penampilan daun semakin tegar, besar dan menarik, membuat daun lebih renyah. Sedangkan untuk bagian B, nutrisi ini dapat digunakan untuk jenis tanaman sayuran buah sperti tomat, terong, melon dan lain sebagainya. Agar jenis tanaman ini dapat ertumbuh dan berkembang baik, maka peranan nutrisi ini sangat dibutuhkan, yaitu merangsang tanaman agar lebih cepat berbua, memperbesar ukuran buah membuat tanaman lebih tahan penyakit busuk buah, memperkuat perakaran, membuat buah tanaman akan lebih lezat, memberikan aroma harum pada buah.
Mengusahakan tanaman dengan menggunakan metode hidroponik dengan media substrat, selain pot, polybag juga dapat digunakan sebagai tempat media tanaman tersebut. Dengan demikian, ujung polybag harus dilipat hingga tanaman terlihat seluruh batangnya. Apabila ujung polybag tidak dilipat maka penyerapan cahaya oleh tanaman akan berkurang. Hal ini sangat penting, dan harus diperhatikan karena kebutuhan tanaman akan cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.
Baik dalam usaha hidroponik maupun konvensional, agar tanaman tidak mudah terserang oleh hama dan penyakit maka pemberian fungisida, pestisida dan lain sebagainya harus segera dilakukan. Khususnya pada usaha hidroponik, pemberian fungisida sangat penting karena media hidroponik bersifat heterogen dan cenderung berbahan dasar dari bahan organic yang menyebabkan media hidroponik sangat mudah terserang jamur atau fungi. Dengan merggunakan fungisida, tanaman tersebut terlindngi dari serangan fungi. Fungi ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Apabila tanaman yang diusahakan sudah terserang oleh fungi, maka harus segera ditangani dengan pemberian fungisisda karena hal ini dapat menurunkan hasil produksi tanaman tersebut. Di dalam pelaksanaan pemberian fungisida pun kita harus berhati-hati dengan dosis-dosis bahan yang dipakai karena jika dosis berlebihan atau tidak sesuai dengan serangan yang sedang terjadi maka tanaman tersebut akan keracunan dan lama-lama dapat menyebabkan tanaman ini akan mati. Di sisi lain, jika tanaman yang telah diberikan dosis berlebihan ini tidak sampai mati, maka konsumen nantinya yang menjadi korban racunnya. Fungisida yang sering beredar dipasaran meliputi: AFUGAN 300 EC, KASUMIRON 25/l WP, dan  RIZOLEX 50.







BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
·         Hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak menyediakan unsur hara dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, disediakan dalam bentuk larutan.
·         Dalam usaha hidroponik, selain media cair, terdapat juga media padat seperti  pasir, sekam dan bokhasi yang dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan media tanam yang digunakan dalam teknik konvensional.
·         NFT merupakan salah satu teknik dalam penerapan teknik hidroponik. Dengan menggunakan metode NFT, pengesetan alat perlu dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan dibudidayakan. Dan sistem kerja harus diuji agar mengetahui bagaimana proses sistem kerja dari hidroponok NFT dapat berjalan.
·         Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.Larutan nutrisi dibagi yaitu stok A dan stok B agar tidak terjadi reaksi antara ion Ca dengan ion PO atau ion SO yang menimbulkan endapan. Pemberian nutrisi merupakan hal yang harus diperhatikan karena masing- masing unsur hara mempunyai fungsi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

5.2.Saran
·         Melaksanakan praktikum ini membutuhkan ketelitian dan kecerdasan agar dapat memperoleh hasil yang hoptimal.
·         Saran dan kritis dari pembaca sangat saya butuhkan agar bisa memperbaiki penilitian di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Said, 2006. Budi Daya Mentimun secara Hidroponik. Ganeca Exact. Jakarta
Benedicta Maria I.F.I. 2011. Hidroponik. Jurnal Ilmu pertanian. Yogyakarta, UGM. Hal 1,3,6.
Catur Wasonowati, 2011. Meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat (lycopersicon esculentum) dengan sistem budidaya hidroponik. Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal Agrovigor Volume 4. Madura. Hal 21-22,26.
Chris Kovach, 2008, The Hydroponic Bible. lulu.com. London
Dwi Harjoko, 2009. Studi macam media dan debit aliran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (brassica juncea l.) Secara hidroponik NFT. Study of Medium and Flowrate on the Growth and Yield of Sawi (Brassica juncea L.) by NFT. Jurnal Ilmu pertanian. Surakarta. Hal 58-60.
Ermina Yogasuria, 2009. Hidroponik sederhana untuk penyejuk ruangan.artikel pertanian. Widyaiswara Madya- BBPP Lembang. Hal 1,3,5.
Hasim, M. 2009. Hidroponik. Artikel ilmiah Faperta UNILA. Lampung. Hal 1-3
Hidayati, 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Media Litbang Sulteng. Palu. Hal 131-132.
Howard M. Resh. 2009. Hydroponic Home Food Gardens. Routledge. England
Mardhiah Hayati, 2012. Sekam padi sebagai media alternatif dan pemberian pupuk daun pada tomat hidroponik. Jurnal ilmu pertanian Vol 2. Jakarta. Hal 1-2.